Friday, July 4, 2008

Hal Menghakimi (Mat 7:1-6)

1"Jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yg kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yg kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. 6 Jangan kamu memberikan barang yg kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Perikop ini digunakan sebagai senjata untuk berdebat maupun untuk menegur orang lain. Menurut mereka apa arti menghakimi di dalam perikop ini? Bolehkah kita mengahikimi (Bandingkan Mat 7:15-16; 1 Kor 15:33). Pengajaran ini ditujukan kepada para murid yg sudah mendengar berbagai pengajaran dari para rabi, namun dalam kehidupan sehari-hari mereka berperilaku sebagai orang munafik. Ayat 2A mengatakan; "dengan penghakiman yg kamu pakai untuk menghakimi.....". Yang dimaksud adalah cara-cara yg kita pakai untuk menghakimi orang lain. Kita sering menghakimi orang lain dengan menggosipkannya, dengan menyebarkan berbagai isu tentang orang tersebut. Atau kita menghakiminya dengan melontarkan berbagai tuduhan dan fitnah. Bahkan ada yg suka menghakimi orang dengan penganiayaan, main pukul dan bunuh.

Ayat 2b mengatakan: "Ukuran yg kamu pakai untuk menghakimi". Yang dimaksud adalah dasar pikiran yg kita pakai untuk menghakimi. Kita sering menghakimi orang lain karena menurut kita mereka tidak sesuai dengan standar kita. Kita menentukan seseorang baik atau jahat menurut standar kita. Kita juga menghakimi orang lain menurut kebiasaan atau karakter kita sendiri. Misalnya kita menuduh seseorang sebagai tukang bohong dengan alasan di dunia ini tidak ada seorangpun yg benar-benar jujur.

Ayat 3 dan 4 merupakan teguran terhadap orang2 yg memiliki kebiasaan untuk mengkritik orang lain tentang suatu hal, padahal diri sendiri memiliki permasalahn yg lebih besar. Ayat 5 merupakan suatu nasihat supaya orang yg memiliki kebiasaan seperti di atas untuk mengoreksi diri sendiri dahulu sebelum mengeritik orang lain.
Bolehkan kita menegur orang lain? Bolehkan kita menasehati orang lain? (Ayat referensi: 2 Korintus 2:5-7; 1 Tim 5:1-2, Ibrani 3:12-13; Mat 18:15-17)

Setelah mendengar uraian di atas mulailah kita menyimpulkan apa yg dimaksud dengan menghakimi:
1. Menghakimi adalah suatu kebiasaan yg dilakukan untuk melemahkan moral seseorang bahkan terkadang berniat untuk menjatuhkannya.
2. Menghakimi yg dimaksud dalam perikop ini adalah kebiasaan mengkritik secara tidak membangun, bersifat destruktif, seringkali berupa tuduhan bahkan menjurus kepada fitnah.
3. Menghakimi dilakukan menurut standar kita atau menurut kebiasaan dan karakter kita.
4. Adalah suatu tindakan yg dilakukan tanpa kasih Kristus.
5. Biasanya meninggikan diri sendri dan mengundang pembalasan dari orang yg dihakimi.
6. Merupakan suatu tindakan untuk menjatuhkan moral seseorang bahkan seringkali menjurus kepada penganiayaan secar fisik.

Rabi Hillel pernah menasehati supaya janganlah kita menilai atau menghakimi orang lain sebelum kita sendiri mengalami keadaan atau situasi yg dihadapi oleh orang itu. Jadi ayat 1-5 dapat kita simpulkan sebagai suatu nasihat supaya janganlah kita sembarangan menuduh atau mengkritik orang lain dengan semena-mena. Sebaliknya di dalam ayat 6 Tuhan Yesus menasehati supaya kita memberikan suatu penilaian yg tepat pada situasi khusus dan dirasakan perlu.

Ayat 6: barang kudus yg dimaksud adalah makanan kudus yg dipersembahkan untuk Tuhan di bait suci. Anjing di dalam ayat 6 ini adalah anjing gladak, anjing liar yg tak bertuan, anjing rakus, hidup di jalanan dan memakan semua yg bisa dimakan. Bagi anjing ini semua makanan sama asal bisa dimakan. Tidak perduli makanan kudus atau sampah bagi anjing gladak semua sama. Babi adalah binatang haram. Yang dimaksud adalah babi hutan yg liar. Diberkan mutiara yg berharga percuma karena dia tidak menganggapnya sebagai makanan malahan marah karena merasa dipermainkan sehingga mau menyerang dan membunuh si pemberi mutiara. Yang dimaksud dengan makanan kudus dan mutiara (bdk. Mat 13:45-46) adalah Injil.

Sedangkan yg dimaksud dengan anjing gladak atau babi adalah:
1. Mereka yg telah mendapat kesempatan sebesar-besarnya untuk mendengar dan menerima Injil tetapi mereka terus menolak dengan tegas bahkan memusuhinya.
2. Orang-orang yg terus menolak Injil karena pikiran mereka telah terpola sedemikian rupa untuk menolak Tuhan sehingga tidak dapat dirubah lagi.
3. Orang-orang murtad yg telah menyerahkan dirinya kepada dunia.
4. Orang-orang yg dengan tegas menolak Yesus bahkan memusuhiNYA.

Terhadap orang-orang yg seperti ini Yesus mengajarkan murid-muridNYA untuk jangan memaksakan Injil dan janganlah sekali-kali merendahkan Injil untuk memaksa orang untuk bertobat (Lihat Mat 10:14). Jadi pada orang2 yg memang benar2 murtad, tidak mau mendengar Injil bahkan memusuhinya hendaklah kita berhikmat, "cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati" (Mat 10:16). Apabila kita tetap perduli terhadap orang2 tersebut yg menolak Injil tetaplah doakan keselamatan mereka. Tuhan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk bertobat tetapi apabila mereka tetap menolak jangan salahkan Tuhan karena akan datang hari penghakiman secara tiba-tiba (2 Pet 3:9-10)

No comments: