Sunday, July 20, 2008

Bagaimana berelasi terhadap orang lain (Mat 7:12)

Apakah kita sering kecewa terhadap orang lain? Mengapa? Apakah ini merupakan kesalahan kita juga?

Mat 7:12 mengatakan; "Segala sesuatu yg kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi". Ayat ini sebenarnya merupakan ayat yg berdiri sendiri, bukan bagian dari perikop yg terdahulu maupun yg sesudahnya. Nasihat ini banyak terdapat dalam berbagai bangsa mengenai hubungan terhadap sesama. Rabi Hillel yg hidup di abad 20 SM mengatakan bahwa apa yg merupakan kebencian bagimu janganlah perbuat terhadap siapapun. Kong Hu Tsu juga pernah mengatakan: "Jangan berbuat terhadap orang lain apa yg engkau tidak ingin diperbuat terhadap dirimu". Kitapun sebagai orang Indonesia sering berguaru dengan menasehati; "makanya jangan suka nyubit kalau enggak mau dicubit...".

Semua nasihat yg dikatakan oleh orang-orang merupakan suatu larangan bagi kita untuk jangan sekali-kali berbuat...Secara psikologis kita yg sudah dewasa kadang-kadang berlaku seperti anak-anak. Masih ingatkah kita waktu masih remaja dan bersekolah? Kita paling tidak suka yg namanya peraturan dan larangan. Bagi kita anak-anak muda, peraturan dibuat untuk dilanggar. Sikap ini masih terbawa pada kita meskipun kita telah beranjak dewasa. Karena itu Yesus memberikan nasihat ini bukan dalam bentuk larangan tetapi dalam bentuk anjuran, ajakan dan dorongan untuk berpikir dan berbuat hal-hal yg positif terhadap orang lain. Bukankah merupakan hukum alam bahwa apa kita tabur akan kita tuai? (bdk . Gal 6:7). Kalau ingin memiliki hubungan yg baik terhadap sesama hendaklah dimulai dari diri sendiri; yaitu dengan berpikir dan berbuat positif terhadap orang lain.

Mat 7:12-29 merupakan bagian penutup dari pengajaran kotbah di bukit. Setelah beberapa lama mempelajari kotbah di bukit, bagaimana kesan kita mengenai pengajaran Yesus? Apakah pengajaranNYA praktis atau sekadar suatu teori yg sulit untuk dilakukan?

Kotbah di bukit dimulai oleh seruan untuk bertobat, untuk datang kepada Tuhan dengan penuh kejujuran, sadar akan keberadaan diri sendiri bahwa kita butuh Tuhan (Mat 5:3). Amsal 1:7 mengatakan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Tanpa mengenal Tuhan, sulit bagi manusia untuk bisa mendapatkan kepuasan dan suka cita yg penuh. Kita diciptakan oleh Tuhan menurut gambar dan rupaNYA (Kej 1:26, 27), karena itu kita selalu memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan sang Pencipta. Selanjutnya dalam kotbah di bukit, Tuhan selalu mengajar para murid bagaimana membangun jati diri seorang anak Tuhan. Selain itu kotbah di bukit juga membahas tentang bagaimana seharusnya kita membina hubungan dengan sesama.
Sebagai penutup dari pengajaran kotbah di bukit, Yesus memperingati para murid tentang 3 hal:
1. Memperingati para murid untuk melakukan pilihan dalam hidup (Mat 7:12-14)
2. Supaya para murid waspada akan masuknya berbagai nabi palsu ke dalam persekutuan mereka (Mat 7:15-23)
3. Peringatan kepada para murid untuk membangun fondasi hidup yg benar (Mat 7:24-29)

No comments: