Sunday, April 27, 2008

Yesus & Hukum Taurat (Mat 5:17-20)

17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Di dalam perikop ini kita membaca bahwa Yesus dituduh meniadakan hukum taurat. Apakah yg dimaksudkan dengan hukum taurat? Mula-mula yg dimaksudkan dengan hukum taurat adalah hukum yg terdapat dalam 5 kitab pertama yg terdapat dalam perjanjian lama (PL), yaitu:Kitab kejadian, keluaran, Imamat, bilangan dan ulangan. Kemudian dimasukkan kitab-kitab lain seperti kitab mazmur (Yoh 10:34). Bahkan seluruh kitab-kitab dalam PL sering dianggap sebagai bagian dari Taurat. Mula-mula taurat hanya berisi Firman, pengajaran dan janji-janji Allah dimana semuanya ini disampaikan oleh Allah kepada Musa. Kemudian hal yg sama juga disampaikan secara lisan oleh Musa kepada Israel (Kel 4:12; Ul 1:5; 31:9, dll). Pengajaran ini kemudian diteruskan kepada para imam dan nabi-nabi (Kel 18:16, 20; Mal 2:6).

Salah satu tugas imam sejak Musa ialah menafsirkan dan menyelidiki taurat dengan maksud untuk mendapatkan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan khusus untuk setiap keadaan dan semua kasus yg mungkin mereka hadapi. Dari sinilah muncul para ahli taurat yg bertugas untuk meneliti dan menafsirkan prinsip-prinsip dasar dari hukum taurat dan kemudian merumuskan berbagai peraturan dan ketentuan yg dianggap sebagai ketentuan hukum taurat. Di samping ahli taurat juga lahir kelompok orang Farisi sebagai orang-orang yg dengan ketat mentaati berbagai ketentuan, peraturan dan tafsiran para rabi terhadap taurat. Hal inilah yg tidak bisa diterima oleh Tuhan Yesus. Yesus tidak menerima penafsiran hukum Taurat menurut pengajaran dan adat istiadat nenek moyang yg telah menyimpang dari maksud Firman Tuhan yg sesungguhnya.

Contoh:
1. Ul 24:1 Mengijinkan perceraian diantara orang Israel, Tetapi hal ini dianggap tidak sah oleh Yesus karena ini bukanlah maksud semula dari Firman Tuhan. Menurut Yesus, Musa mengijinkan perceraian karena kekerasan hati Israel yg tidak mau tunduk terhadap hukum Allah yg ketujuh, yaitu "Jangan berzinah" (Mat 19:8)
2. Tentang Sabat. Bagi para ahli taurat dan orang-orang Farisi; Hari sabat adalah hari dimana orang-orang tidak boleh bekerja. Mereka mendefinisikan apa yg dimaksudkan dengan "bekerja". Kemudian melarang Israel untuk tidak boleh melakukan apapun yg termasuk dalam kategori "bekerja" ini. Tetapi Tuhan Yesus justru mengajarkan bahwa hari sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk sabat (Markus 2:27). Hari sabat diadakan untuk memberi istirahat dan kelegaan bagi manusia.

Lewat 2 contoh di atas kita dapat melihat bahwa ada perbedaan yg menyolok antara Tuhan Yesus dengan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Bagi para ahli taurat dan orang Farisi yg penting adalah menjalankan berbagai peraturan dan ketentuan dari hukum taurat menurut adat-istiadat dan penafsiran nenek moyang mereka. Tetapi bagi Tuhan Yesus, pertama-tama cara yg benar untuk mengerti hukum taurat adalah dengan memenuhi apa yg menjadi prinsip dasar dan tujuan dari hukum tersebut.

Kedua, ketaatan terhadap hukum taurat dimulai dari hati. Kalau hati kita setuju, selaras dan sesuai dengan hukum taurat maka kita bisa taat dengan sepenuh hati. Kalau tidak kita akan terjebak ke dalam berbagai kebiasaan yg membuta dan tidak membuahkan apa-apa. Jadi di dalam Mat 5:17; Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak meniadakan Firman, ajaran dan janji-janji Tuhan dalam Taurat. Tetapi Ia menggenapi dan merealisir apa-apa yg menjadi isi, arti dan tujuan dari hukum Taurat yg selama itu telah diselewengkan menjadi berbagai peraturan menurut tradisi dan tafsiran nenek moyang mereka.
Renungan:
Sudahkah kita mengerti tentang arti, prinsip dasar dan tujuan dari Firman yg kita baca sehari-hari atau kita hanya mengertinya sebagai kebiasaan dan peraturan-peraturan yg membebani kehidupan kita?

18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Iota adalah huruf yg terkecil dalam abjad Yunani, merupakan terjemahan dari yod, huruf terkecil dalam bahasa Ibrani. Sedangkan titik adalah tanda yg terkecil dalam abjad Yunani. Arti dari ayat ini ialah seluruh Firman Tuhan bahkan yg terkecil sekalipun tidak akan dibatalkan atau dihapuskan.

19 Karena itu siapa yg meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yg paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yg paling rendah di dalam kerajaan sorga; tetapi siapa yg melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yg tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Ayat ini adalah suatu permainan bunyi yg berbentuk paralelisme supaya kedengarannya enak waktu dibaca. Tempat yg rendah atau tinggi bukan berarti secara hurufiah tetapi kiasan. Tempat yg rendah berarti tidak dapat tempat sekalipun. Sedangkan tempat yg tinggi berarti mendapat tempat di sorga yg mulia.

20. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Tuhan Yesus mengajarkan murid-muridnya untuk mempunyai standar hidup yg lebih dibandingkan dengan orang Farisi maupun ahli Taurat. Yaitu dengan mengejar kesalehan, kebenaran dan ketekunan yg dimulai dari dalam hati. Mengapa Yesus mengatakan demikian ? Karena motif dan tujuan hidup orang Farisi dan ahli Taurat adalah untuk memenuhi ketentuan dan tuntutan hukum Taurat. Kalau mereka memiliki motivasi dan tujuan hidup seperti itu bagaimana dengan standar dari kehidupan orang Kristen? Apakah yg menjadi motivasi dan tujuan hidup orang Kristen. Kita yg mengaku percaya kepada Kristus yg menjadi penggenapan hukum taurat, apakah Yesus yg menjadi motivasi dan tujuan kehidupan kita selama ini? Jadi orang Kristen harus benar-benar, harus menunjukkan dirinya selaku orang percaya. Hendaklah kita selalu mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp 2:12)

Saturday, April 19, 2008

Menjadi Garam & Terang Dunia (Mat 5:13-16)

Menjadi Garam & Terang Dunia (Mat 5:13-16)

Setelah memberikan nasihat, tegoran dan pengajaran di dalam 8 ucapan berbahagia maka Yesus memerintahkan murid-muridNYA untuk mempraktekan apa-apa yg telah diajarkanNYA. Yesus mengumpamakan murid-muridNYA seperti garam dan terang dunia. Mengapa? Karena Yesus ingin mengingatkan murid-muridNYA bahwa ada perbedaan yg tajam antara murid-muridNYA sebagai orang percaya dan "dunia". Yang dimaksudkan dengan "dunia" oleh Yesus adalah orang-orang yg hidup di luar Kristus, yaitu orang-orang yg tidak percaya Kristus. Kehidupan orang-orang yg diluar Kristus diumpamakan sebagai kegelapan, kesepian, kehilangan arah dan hambar. Mereka melakukan segala macam cara dengan berbuat kejahatan, korupsi, kekacauan, penipuan, dll. Karena itulah Yesus mengingatkan murid-muridNYA tentang keberadaan mereka. Murid Yesus adalah berbeda dengan dunia.

Tetapi mengapa pada zaman sekarang murid Yesus dengan dunia banyak yg tidak ada bedanya? Orang Kristen banyak yg tidak berbeda dengan dunia karena takut kehilangan harta, kedudukan, takut kehilangan teman-teman yg mereka anggap baik dan terutama adalah merasa berat meninggalkan berbagai kebiasaan buruk atau kesenangan-kesenangan yg negatif seperti menipu, berjudi, dsb.

Pertama-tama Yesus menyebut murid-muridNYA sebagai garam dunia. Mengapa garam bukan gula? Karena Injil bukanlah untuk pemanis, bukan gula-gula untuk menipu dengan hal-hal yg kelihatan indah, kelihatan bagus. Tetapi injil adalah garam yg digunakan sebagai perasa untuk makanan yg hambar. Digunakan sebagai obat, sebagai cara untuk mencegah kebusukan. Jadi di sini Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa sebagai orang kristen kita harus mempunyai suatu peranan di dalam masyarakat. Orang Kristen seharusnya memberikan sukacita, membawa pembaharuan, penyucian dan kesembuhan bagi dunia. Kita seharusnya membawa pengharapan kepada dunia yg sedang putus asa. Membawa pengampunan dan perdamaian terhadap mereka yg bersalah terhadap kita. Menunjukkan kasih Kristus untuk melawan kebencian dan permusuhan.

Orang Kristen seharusnya memberikan sukacita kepada mereka yg sengsara. Memberikan kesegaran rohani kepada mereka yg lesu. Jadi kita haruslah aktif mengambil peranan dalam kehidupan kita di dunia ini. Orang Kristen bukan hanya tahu tentang kebenaran, bukan hanya berbicara tentang kebenaran tetapi juga melakukan kebenaran. Kalau kita tidak berperan sebagai garam yg mengasinkan, menyembuhkan dan mencegah kebusukan; kalau orang Kristen kerjanya hanya berbicara dan tidak berbuat apa-apa maka ia tidak ada bedanya dengan dunia. Orang-orang yg mengaku Kristen tetapi diam saja akan dicemoohkan bahkan dihina, dicaci sebagai orang munafik oleh semua orang yg mengenalnya. Sama seperti garam pada zaman Yesus dahulu. Garam yg diambil dari laut Mati ada waktu kadaluarsanya. Setelah lewat beberapa waktu garam itu tidak asin lagi sehingga dibuang orang ke jalan dan diinjak-injak oleh setiap orang yg melewatinya. Orang Kristen yg tidak berperan dan tidak mau berperan dalam dunia akan menjadi hambar hidupnya dan menjadi cemoohan dan hinaan oleh setiap orang.

Kedua, Yesus mengumpamakan murid-muridNYA seperti terang dunia. Seperti terang, Yesus mengharapkan murid-muridNYA dapat membimbing dunia supaya mereka juga mengenal keselamatan dan mendapatkannya. Murid Yesus juga harus dapat mereflesikan terang Kristus yg ada di dalam diriNYA. Dan terang itu akan terlihat dalam setiap perbuatan baik yg kita lakukan sehingga orang-orang yg melihatnya memuliakan Allah. Perbuatan baik adalah perbuatan kasih dan iman yg mengungkapkan kesetiaan kita kepada Tuhan dan kasih terhadap sesama. Dengan menunjukkan keprihatinan, kepedulian dan tindakan kasih yg nyata orang-orang Kristen dapat memuliakan Allah lewat semua ini. Jadi hendaklah kita menyatakan iman kita dalam perbutan nyata yg dapat dilihat dan didengar karena iman tanpa perbuatan adalaah mati (Yak 2:17).

Sebagai kesimpulan dari perikop ini, sebagai murid-murid Tuhan hendaklah kita harus berani menunjukkan kekristenan kita di dalam dunia. Kita harus menyatakan iman dan kasih kita di dalam perbuatan nyata. Dimulai dari keluarga kita, orang-orang yg terdekat dengan kita bahkan orang-orang yg tidak kita kenal sekalipun. Sehingga dapatlah terwujud ucapan Yesus yg mengatakan bahwa kita adalah garam dan terang dunia.

Peran apakah yg seharusnya kita ambil di dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah peran ini berkaitan dengan karunia dan talenta yg Tuhan berikan kepada kita?

Saturday, April 12, 2008

"Berbahagialah orang yg dianiaya oleh sebab kebenaran....."Mat 5:10-12

"Berbahagialah orang yg dianiaya oleh sebab kebenaran karena mereka yg empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yg jahat. Bersuka citalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu" (Mat 5:10-12)

Tiga ayat yg baru saja kita baca di atas merupakan satu rangkaian kalimat yg tidak boleh
dipisahkan, karena mereka mengandung satu pengertian yaitu tentang kesiap-sediaan murid Yesus untuk menghadapi aniaya selain membawa damai. Di sini Tuhan ingin memberikan suatu nasihat, suatu petunjuk tentang kepastian akan apa yg terjadi bila seseorang memilih untuk mengikut Dia! Ada banyak hal yg harus kita hadapi sebagai tantangan terhadap iman kristen kita.

Berikut ada beberapa contoh yg dapat kita diskusikan bersama-sama:
1. Seorang tukang batu kristen ditawari pekerjaan untuk membangun rumah berhala, di tengah-tengah kesulitan untuk mencari pekerjaan, haruskah ia menolak tawaran pekerjaan ini?
2. Bolehkah kita menerima tawaran bekerja di kasino, night-club, panti pijat, dsb?

Kalau kita melihat ayat kesepuluh dalam Mat 5 ini, kita akan dapat melihat arti yg paralel dengan ayat 3 dan 6. "Berbahagialah orang yg miskin di hadapan Allah karena merekalah yg memiliki Kerajaan Allah" (ayat 3). "Berbahagialah orang yg lapar dan haus akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan" (ayat 6). "Berbahagialah orang yg dianiaya oleh sebab kebenaran dan beriman kepada Kristus karena merekalah yg memiliki Kerajaan Allah" (ayat 10).

Kita telah membahas tentang arti orang yg miskin di hadapan Allah, yaitu orang yg secara sadar di hadapan Allah dirinya bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa untuk dibanggakan, sehingga ia selalu berharap kepada Allah, bergantung kepada Tuhan, hatinya berpaut kepada Allah sehingga ialah yg mewarisi Kerajaan Allah. Kalau berbicara tentang kebenaran sering kita definisikan kebenaran ini sebagai apa yg tahu dan yg kita pikir benar, padahal apa yg kita pikir benar belum tentu benar. Apa yg kita tahu benar padahal seringkali tidak benar, sehingga ketika kita mengambil suatu keputusan seringkali kita melakukan kesalahan.

Yang dimaksud dengan kebenaran selalu dikaitkan dengan kebenaran Tuhan, karena Tuhan tidak pernah salah. Kalau kita mempunyai suatu hubungan yg harmonis dengan Tuhan, hidup dekat dengan Tuhan sumber kebenaran, otomatis kita akan sadar dan taat untuk melakukan apa yg diinginkan oleh Tuhan menurut FirmanNya. Hasil yg diperoleh melalui ini adalah kebenaran, Jadi apakah selama ini kita sudah mengerti tentang kebenaran? Apakah kita mau menjadi orang benar? Apakah kita mau menjadi orang yg memegang prinsip kebenaran?

Pada zaman sekarang kita hampir tidak bisa membedakan yg mana Kristen yg mana bukan. Sepertinya sama saja, karena banyak orang Kristen tetapi tidak punya prinsip kebenaran, hidupnya selalu penuh dengan kompromi. Ketika kita menghadapi tantangan hidup kita mudah mundur. Gereja juga demikian, belum lagi mengalami penganiayaan dan hinaan, tetapi lebih suka menghina diri sendiri. Pada tahun 1999, ketika terjadi beberapa serangan dan isu-isu yg berupa ancaman terhadap gereja-gereja di Jakarta, banyak gereja yg ketakutan. Mereka menurunkan papan nama gereja, mematikan lampu gereja bahkan ada yg menurunkan salib yg telah tergantung dengan gagahnya selama beberapa puluh tahun di gereja tersebut. Apa komentar anda?

Berikut ada 2 komentar yg paling banyak dilontarkan oleh sekelompok hamba Tuhan:
1. Lebih baik gereja diserbu/dihancurkan daripada dihina
2. Ah, sayang kalau gereja sampai hancur. Kita telah berpayah-payah membangunnya dengan memakai biaya yg mahal. Lagipula kalau tidak mengambil tindakan pencegahan (seperti di atas), jemaat bisa teraniaya? Andaikata ada isu serangan/ancaman terhadap gereja-gereja di kota anda, apakah anda akan tetap beribadah seperti biasa?

"Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu" (ay. 13)

Apa maksudnya di sini bersuka cita dan bergembiralah ketika mengalami penganiayaan? Apakah kita menari-nari, tertawa, tepuk tangan? Gila kali ya? Ini bukan yg dimaksud oleh Tuhan. Ketika kita mengalami penganiayaan, Tuhan ingin menghibur kita supaya jangan bersedih dan putus asa. Tetapi hendaklah kita menerima penganiayaan ini dengan ketabahan, dengan hati yg terbuka dan mengerti sebab apa yg kita alami oleh karena mempertahankan injil juga dialami oleh para nabi. Dengan mempertahankan kebenaran, kita rela menderita aniaya karena kita menerima upah yg besar di surga. Upah di sini bukan berarti upah seperti yg dibayar oleh majikan kepada pegawainya. Tetapi upah yg dimaksud ialah suatu anugrah, suatu kepuasaan, suatu kapasitas yg lebih besar untuk menikmati dan melayani Allah. Upah ini adalah suatu karunia perkenan Allah yg diberikan kepada mereka yg telah hidup dari anugrahNYA sampai kepada akhirnya (Mat 5:6)

Penganiayaan yg kita terima karena iman kita kepada Kristus, karena mempertahankan kebenaran merupakan bukti bahwa kita adalah murid-murid Yesus yg sejati, merupakan tanda keaslian, bukti jati diri kekristenan kita seperti yg dibuktikan oleh para nabi-nabi sebelum kita yg dianiaya karena mempertahankan iman mereka!

Mat 5:10-12 merupakan penutup atau klimaks dari 8 ucapan berbahagia yg diajarkan oleh Yesus. Ketika kita memperhatikan ayat 3-10, Tuhan selalu menggunakan kata ganti orang ketiga (mereka) ketika Ia mengajar sesuai dengan aturan orang-orang Ibrani (Mazmur 1:1-2; 32:1-2; 119:1-3). Tetapi di dalam ayat 11-12, Yesus merubah dengan menggunakan kata ganti orang kedua (kamu) sebagai suatu sapaan dan perkataan yg langsung dari Yesus sebagai Mesias, Juru Selamat yg ditujukan kepada semua orang yg mendengarnya. Apa yg diajarkan oleh Yesus bukanlah merupakan suatu peraturan, tetapi merupakan perintah, suatu hal yg serius. Karena setiap orang Kristen bukan hanya harus miskin di hadapan Allah, harus lemah lembut, haus akan kebenaran, suci hatinya, pembawa damai, tetapi juga harus siap sedia menghadapi tantangan terhadap iman kristen mereka. Kemurnian iman dan kesetiaan seseorang diuji ketika ia menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup yg menyebabkan ia harus memilih, tetap ikut Yesus atau mengikut dunia.

Ketika menghadapi ujian terhadap iman kita hendaklah kita mengingat 1 Kor 10-13 yg mengatakan; "Tuhan tidak akan mengijinkan kita menghadapi percobaan yg melebihi kemampuan kita". 1 Pet 1:6-9 juga mengatakan bahwa percobaan itu perlu untuk memurnikan iman kita supaya kita bertumbuh semakin dewasa.

Saturday, April 5, 2008

Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9)

Apakah arti damai bagi kita?

Kata damai dalam bahasa Yunaninya adalah eirene atau shalom dalam bahasa Ibraninya. Dalam bahasa aslinya, kata damai mengandung makna kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, dll. Selain itu dengan mengatakan damai berarti tidak ada persoalan/kesulitan/keributan. Damai adalah segala sesuatu yg membuat dan membawa kebaikan bagi manusia. Damai adalah kenikmatan atas segala kebaikan. Kata damai dalam bahasa Arabnya adalah salam yg mirip dengan shalom yaitu dengan mengatakan salam, kita sebenarnya ingin mengatakan di sini tidak ada hal-hal jahat/menyusahkan, yg ada adalah kebaikan bagi sesama.

Berdasarkan arti kata damai di atas, kita dapat menterjemahkan arti membawa damai sebagai berbuat sesuatu sehingga orang lain dapat menikmati kebaikan. Membawa damai berarti membawa/berbuat kebaikan bagi sesama. Tetapi membawa damai bukan berarti sama dengan cinta damai. Mengapa? Karena orang yg mengaku cinta damai biasanya melakukan kesalahan dengan menghasilkan kesulitan/kesusahan bukan perdamaian. Misalnya: seringkali ketika seseorang ada masalah dengan sesamanya, ia memilih diam saja dengan alasan tidak mau ribut. Padahal dengan diam terus menerus, ia tidak menyelesaikan masalahnya, melainkan justru menetapkan kesulitan di masa mendatang, karena ia menolak untuk menghadapi situasi masa kini sehingga tidak melakukan tindakan-tindakan yg seharusnya diambil malah menghindarkan diri dari persoalan.

Membawa damai adalah melakukan suatu tindakan aktif untuk menuntaskan masalah-masalah yg sedang dihadapi supaya persoalannya selesai. Membawa damai berarti mengambil resiko untuk disalah mengerti, bahkan terkadang usahanya tidak dihargai dan tidak berhasil. Membawa damai adalah melakukan tindakan aktif dengan tidak mengorbankan pengajaran Firman Tuhan, tetapi dengan menerapkannya. Orang-orang yg membawa damai adalah orang-orang yg mau menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan suatu persoalan secara tuntas sehingga kondisi damai tercipta.

Mengapa orang-orang yg membawa damai disebut anak-anak Allah? Karena mereka melakukan pekerjaan yg dilakukan oleh Allah sehingga tindakan mereka mencerminkan karakter Allah sang Raja Damai (Rm 15:33; 2 Kor 13:11; 1 Tes 5:23; Ibr 13:20)

Sekarang kita mulai mendapat pengertian dari Mat 5:9 ini. Beberapa pengertian tentang ayat ini dapat kita simak sbb:
1. Adalah penafsiran ayat ini secara spiritual
Seperti yg dilakukan oleh beberapa tokoh gereja mula-mula. Berdasarkan Rm 7:15-26 yg mengatakan bahwa di dalam diri setiap orang selalu ada pertentangan di dalam batinnya. Karena itu Mat 5:9 berdasarkan ayat ini dapat diartikan; "Berbahagialah orang yg membawa damai ke dalam hatinya sehingga tidak ada lagi pertentangan di dalam dirinya sendiri karena ia telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Berdasarkan logika kita, penafsiran ini dapat juga diterima karena damai yg sejati memang asalnya dari Tuhan. Kalau seseorang sudah didamaikan oleh Tuhan, pasti tidak ada pertentangan dalam batinnya karena ia telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan, rela untuk hidup dipimpin oleh Tuhan.

Tetapi membawa damai adalah suatu perbuatan aktif, sesuatu yg menuntut tindakan sehingga orang lain dapat mengetahui dan merasakan akibat dari perbuatannya.

2. Berbahagialah orang-orang yg berbuat dan bertindak secara aktif untuk mengusahakan perdamaian sehingga orang-orang dapat merasakan dan menikmati apa yg dinamakan sebagai kebaikan. Di dalam kehidupan kita sehari-hari ada orang-orang yg hidupnya suka menjadi biang kerok, perusuh dan menyulitkan kehidupan orang lain. Di manapun mereka berada mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan setan. Tetapi di pihak lain ada anak-anak Tuhan yg perbuatannya, perkataannya mampu menghilangkan kesusahan orang lain, menjadi jembatan di antara pihak-pihak yg bertengkar, memulihkan hubungan yg rusak, memaniskan kepahitan hidup orang lain; dengan tanpa takut resiko untuk tidak dihargai/disalah mengerti tetapi bertujuan untuk membina hubungan yg benar di antara sesama, bahkan membimbing mereka untuk mendapatkan damai Allah, dengan membimbing mereka kepada Kristus. Orang-orang seperti inilah yg dikatakan sebagai anak-anak Allah, karena mereka melibatkan diri mereka dan mereflesikan karakter dan pekerjaan Allah sebagai Sang Raja Damai!