Thursday, July 14, 2011

Passivity

Passivity

"Jesus said to him, ‘Get up! Pick up your mat and walk.’ At once the man was cured; he picked up his mat and walked."
John 5:8-9, NIV

I was recently flying from the new Terminal 5 at Heathrow Airport and because it involved a very early start in the morning, I decided to drive to the airport myself and leave my car in the car park. On arrival I duly parked my car and looked for a bus to take me to the terminal, but I found instead a notice directing me to board a ‘pod’, which looked like a small space age cabin running along a track. I duly boarded the pod and waited for something to happen. Nothing did! So I waited a bit longer and then I noticed a screen outside the door with an instruction to touch it to activate the pod. This I did, and again I waited, and waited, but nothing happened. Finally as I was sitting wondering what to do, three more passengers arrived. They sat down, one of them pressed a button by the door (which I had failed to notice) and the pod roared into action. I felt a little sheepish!

It made me think about how often in our Christian lives we can be sitting there waiting for something to happen, when God may be wanting us to take some action ourselves. Of course there is much written in the Bible about the need to wait on the Lord, and we need to learn to do that, but often we can be too passive, expecting that God will do everything for us without any action from ourselves. We are told to seek, knock, and come. This is all active, not passive.

In the parable of the Prodigal Son in Luke 15, the son needed to come to his senses, arise and set out to go to his father, and it was then that the father came running to meet him. The father did not come and seek him out while he was sitting in despair amongst the pig swill; the son needed to get up and turn back himself.

In order for the invalid at the Pool of Bethesda (John 5) to receive healing from Jesus, he had to obey Jesus’ command to get up, pick up his mat and walk. As he did this he was immediately healed. When we have been hurt or are facing situations that seem hopeless to us, we can often become passive, waiting for help to arrive, when God could be telling us to get up and walk. At the same time there may be steps that we need to take that are our responsibility – such as making a choice to forgive others, confession and repentance of sin. Is there anything that you need to do today to enable you to move into all that Jesus has for you?

Prayer: Lord Jesus, I am sorry for times when I have been passive, waiting for something to happen, when You were wanting me to get up and walk into my healing and freedom. Please show me if there is anything specific that You want me to do now. Amen.

Today's Writer : Jilly Lyon Taylor Jilly Lyon Taylor is part of the Leadership Team at Ellel Pierrepont. She worked in publishing and then with children in Hong Kong before concentrating on being a full-time mother and serving in the local church. Her desire to see people healed led her to the Luke Nine Eleven Training Scheme(NETS) at Pierrepont, and now she teaches and ministers there.

Sunday, July 10, 2011

197. Mengukur Kehidupan - Markus 4:24-25

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, orang senang menaruh ukuran dalam kehidupan, segala sesuatu dalam hidup ini, bagaimana kita mengukurnya? Kadangkala kita mengeluh, ah..anak saya ini menjengkelkan sekali! Tetapi sebenarnya, tergantung dari bagaimana kita menilainya, bagaimana kita mengukurnya. Apapun yg kita ukur, apapun yg kita nilai, akan sangat bergantung bagaimana kita mengambil kesimpulan, dan bagaimana kita bersikap.

Saya ambil contoh sederhana: Kalau seorang suami selalu mengambil kesimpulan bahwa istrinya selalu salah, ....oh....istri saya cerewet, oh...istri saya egois, ingin menang sendiri, maka seringkali sang suami tidak mau pulang ke rumah, sehingga ia akhirnya tertarik dengan wanita lain. Saya tahu bahwa saya salah, tetapi hal itu saya lakukan karena istri saya menjengkelkan sekali, tetapi itu kan ada alasannya!

Begitu pula sang istri yg seringkali mengeluh...ah...suami saya tidak pernah mengerti saya. Sehingga apa yg terjadi? Rumah tangga menjadi berat, dan menjadi tempat institusi yg sangat menakutkan. Sehingga apa yg terjadi? Kalau sudah tidak dapat dipertahankan, lalu salah 1 pihak mengambil keputusan cerai. Pedahal intinya sederhana, bagaimana salah 1 pihak menilai/mengukur sesuatu?

Begitu pula dengan orang-orang muda, seringkali berpikir, ah..dosa kan wajar, kita kan engga bisa suci-suci banget. Lalu ambil kesimpulan bahwa....kita kan bukan seorang biksu/nabi/pendeta. Sehingga bila sesorang mengambil keputusan seperti itu. Maka ia anggap dosa adalah sesuatu yg normal. Sehingga ia anggap nonton film porno itu normal, masturbasi itu normal, dan semua itu dianggap sebagai suatu bagian yg tidak dapat dipisahkan dari masa muda seseorang. Tetapi kembali saya mau ingatkan bahwa ukuran kehidupan kita adalah Firman Allah. Jadi, segala sesuatu yg kita lihat dalam hidup ini, kita ukur/nilainya dari: Bagaimana Firman Allah menilainya.

Yesus pernah bilang,"apa artinya engkau memperoleh seluruh dunia ini, kalau pada akhirnya jiwamu binasa!" Yesus mau ukur hidup ini, berharga/tidak berartinya hidup ini bukan pada berapa banyak harta yg engkau miliki/fasilitas hidup yg engkau dapatkan. Tetapi, hidup ini begitu berharga kalau kita mengerti kebenaran yg sebenarnya yang ada di dalam Firman Tuhan. Markus 4:
24Lalu Ia berkata lagi:"Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. 25Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."

Apa yg Yesus maksudkan dengan ukuran kehidupan ini:

1. Jangan sembarangan menghakimi orang lain
Kita sebagai orang percaya, kadangkala/seringkali mengukur orang lain dengan gampangnya. Kita seringkali menghakimi orang lain, karena ia berbeda dengan kita. Ada seorang yg mengirim email kepada kami yg berada di Thailand, dan ia bercerita bahwa ia tidak diperkenankan untuk pergi ke gereja. Ia berkata bahwa betapa berharganya pelayanan web site kami. Ia berkata,"bahwa ia mendapat makanan rohani setiap pagi, ada renungan ketika ia membukanya dan ada artikel yg meguatkan iman saya.

Ia berkata,"bahwa tadinya ia orang Kristen." Tetapi, ia menikah dengan orang Thailand yg bukan Kristen. Ia tidak diijinkan untuk ke gereja. Tetapi, saya mengemis kepada suami saya agar saya dapat pergi ke gereja. Tetapi suaminya bilang,"bila kamu pergi ke gereja, kamu pasti akan terus menghakimi orang!" Kamu salah, kamu orang berdosa, kamu tidak layak, pak pendeta...tolong doakan saya!

Di sini saya tangkap bahwa banyak orang yg berada di gereja yg mencoba untuk menghakimi dan bukan untuk menjadi berkat. Kalaulah dilihat bahwa ada orang yg tidak sesuai dengan gaya/cara hidup orang Kristen, maka kita mulai senang menghakimi. Orang itu belum bertobat, orang itu nanti akan masuk neraka, orang itu engga punya kepastian keselamatan, orang itu hidupnya engga benar, orang itu hidupnya masih di bawah kutuk. Kita seringkali senang sekali menghakimi orang lain, padahal, Yesus bilang bahwa ukuran yg kamu pakai untuk mengukur seseorang, akan diukurkan kepadamu.

Makanya Yesus pernah bilang dengan kalimat luar biasa,"Kerjakan kepada orang lain, seperti apa yg kamu ingin orang lain kerjakan di dalam hidupmu. Jadinya, kalau kamu tidak mau menerima itu, jangan kamu berikan itu kepada orang lain. Yesus dengan jelas bilang ukuran yg kamu pakai untuk mengukur seseorang, akan diukurkan kepadamu, disamping itu akan ditambah lagi kepadamu.

2. Jangan kita menilai orang lain, hanya dari penampilan luar
Saudara lihat bagaimana Samuel ditegur, pada saat ia akan mengurapi salah 1 anak dari Isai. Dengan tegas, Tuhan bilang begini kepada Samuel,"Bukan apa yg dilihat oleh manusia yg dilihat oleh Allah." Karena, manusia hanya melihat penampilan luar, tetapi Tuhan melihat hati. Tuhan melihat dalamnya dan isi hati kita. Nah, kalau isi hati kita benar, isi hati kita bersih. Maka saudaraku yg kekasih maka yg dari dalam itu akan terpancar keluar.

Jadi, Janganlah senang menghakimi atau mengukur seseorang hanya dari penampilan luar. Karena kadang kala persoalan keluarga, persoalan masa muda kita, pelayanan kita dan gereja kita, seringkali persoalannya adalah bagaimana kita mengukur hal ini. Kita harus belajar mengukur hidup ini dari dasar Firman Tuhan. Kita belajar mengukur kehidupan ini dari sudut kehendak Tuhan. Oh...kita seharusnya sadar, bahwa tiap orang berbeda.

Kadang kala di gereja kita melihat ada orang yg senang berbicara, janganlah kita menilai "dasar cerewet." Karena, memang tipenya adalah seperti itu. Karena, Tuhan ciptakan orang-orang yg banyak bicara, agar dunia ini tidak sepi. Tetapi, Tuhan juga ciptakan orang-orang pendiam, agar ada orang-orang yg dapat mendengar orang-orang yg berbicara.

3. Belajar mengukur sebagaimana Allah mengukur
Biarlah Firman Allah menjadi standar dari kehidupan kita. Mengapa, orang Kristen masih banyak yg tertipu? Karena, seringkali kita mengukur orang hanya dari penampilan luar. Biarlah kita hidup dengan saling bergandengan tangan dan rebutlah yg kemenangan dari Tuhan.

Doa:
Kalaulah saudara sakit dan hidup di masa-masa sukar dan menantikan mujijat, marilah kita berdoa....Allah Bapa, di dalam tanganmu tidak ada perkara yg mustahil, di dalam Nama Yesus, Tuhan jamah, nyatakan KuasaMU, sehingga kami boleh percaya bahwa Allah itu hidup dan penuh Kuasa, di dalam Nama Yesus kami berdoa, amin!

196. Menjadi pelita - Markus 4:21-23

Saya percaya bahwa dunia ini adalah dunia yang sedang dikuasai oleh kegelapan. Sehingga, di tengah-tengah dunia ini, kita lihat kekacauan, kita lihat kekuatiran, kebencian ada di mana-mana. Karena saya percaya bahwa dunia ini adalah dunia yg sedang diselubungi oleh kegelapan. Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, tugas kita sebagai orang percaya itu jelas. Yesus berkata,"Kamu adalah terang dunia. Bukan berarti kita harus menangisi dunia ini, atau kecewa dengan dunia ini.

Tetapi kita lihat bahwa dunia ini begitu gelap, kekristenan melalui aniaya dan tekanan. Orang-orang yg mau hidup dalam kesucian menjadi berat bebannya. Tetapi hari ini saya mau ingatkan saudara bahwa kita adalah terang dunia. Bahwa bagaimanapun gelapnya. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberi harapan dan semangat baru. Di tengah kekelaman yg paling kelam sekalipun, kita memancarkan sinar kedamaian, kita memancarkan ketenangan dan sinar Kemuliaan Allah, sehingga itu semua menjadi jawaban bagi dunia ini. Di dalam Markus 4:

21Lalu Yesus berkata kepada mereka:"Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. 22Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan disingkap. 23Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, ada beberapa hal yg menarik di sini yg Yesus jelaskan tentang menjadi Pelita. Di sini dijelaskan bahwa orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, bukan untuk disembunyikan, tetapi agar dapat menerangi. Tetapi agar dapat melawan kegelapan dan membawa terang yg sesungguhnya. Apa tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus yg dipercaya untuk menjadi pelita yg menyala itu:

1. Menerangi kegelapan
Apa maksudnya? Seperti yg sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa dunia ini adalah dunia yg berada di bawah kegelapan. Lalu pertanyaan kita, apakah kita sebagai orang percaya juga buat hal sama? Kalau orang dunia memaki istrinya dengan kata-kata yg kasar, apakah kita sebagai orang percaya juga bisa membuat hal yg sama?

Kalau orang dunia memaki anak-anaknya dengan kata-kata kasar, dengan alasan mendidik, pertanyaannya? Apakah kekasaran dapat mendidik? Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, tegas dan disiplin itu perlu, tapi tidak perlu dijalankan dengan kekasaran. Karena, janganlah menanamkan kebencian kepada anak-anak saudara dari masa-masa dini sekali dalam kehidupan mereka.

Kalaulah orang dunia berzinah di luar nikah, lalu apakah kita sebagai orang percaya dapat berbuat hal yg sama? Apakah alasan kita...yah..itukan hal normal, semua orang di muka bumi melakukan hal sama seperti itu! Saya mau beritahu bahwa dunia ini sedang berjalan di dalam kegelapan. Saya tegaskan bahwa dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya dan kehancurannya. Karena kegelapannya, dunia saat ini adalah dunia yg sedang terhuyung-huyung mabuk.

Kita sekarang ini berjalan, tidak seharusnya kita sedang berjalan. Korupsi dianggap normal, berzinah dianggap sebagai bagian dari rekreasi. Bahkan memfitnah, melakukan hal-hal yg jahat, menghianati dianggap hal yg wajar untuk bertarung di tengah dunia yg keras ini. Saya mau beritahu bahwa dunia ini sudah tiba pada titik batas dan di ambang bahaya yg sangat menakutkan!

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, di sinilah panggilan kita. Panggilan kita adalah untuk menerangi kegelapan itu. Paulus berkata kepada Timotius,"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah, karena engkau muda, tetapi jadilah teladan!" Berarti, bawalah terang dan harapan baru. Sehingga engkau menunjukkan kepada dunia," ini..lho...menjadi orang Kristen itu seperti ini...,hidup yg benar itu seperti ini! Tugas kita harus jelas, yaitu menerangi kegelapan. Alkitab bilang,"kalau garam itu sudah tidak asin lagi, ia akan dibuang dan diinjak-injak orang."

Artinya: Kalau kita tidak memiliki fungsi lagi sebagai terang, dan mempengaruhi dunia ini. Maka hidup kita sama bejatnya seperti orang dunia, dan tidak ada artinya sama sekali. Marilah kita terangi dunia ini. Kita jangan pesimis memandang dunia ini, kita memiliki sesuatu yg dunia tidak punya. Saudaralah yg membawa terang itu dan berjalan di dalamnya. Jangan sampai terang itu padam, tetapi terus menerangi..sampai kegelapan itu menyingkir dan terang Kristuslah yg semakin menyala!

2. Membawa kehangatan
Pelita yg terbuat dari api ini, yg mungkin kita kenal sebagai obor, pelita ini membawa kehangatan. Artinya, dunia ini adalah dunia yg dingin. Karena, dunia tidak mau berbuat apa-apa tanpa keuntungan bagi dirinya sendiri. Dari segi pergaulan, kalau itu menguntungkan, maka saya mau bergaul dengan dia. Dari segi hubungan suami istri, kalau suami/istri tidak lagi menyenangkan, buat apa rumah tangga harus saya pertahankan?

Kita bisa lihat bahwa tingkat perceraian semakin tinggi, tingkat perpecahan semakin tinggi, karena orang berjalan dalam kedinginan. Menjadi hangat, kalau itu mendatangkan keuntungan pribadi. Makanya saya sebut bahwa dunia ini adalah dunia yg egois, orang hanya berpikir bagi dirinya sendiri. Waktu kita membawa pelita, artinya: kita membawa kehangatan, kehangatan di tengah keluarga kita. Bukan pada persoalan apakah dia menyenangkan/tidak menyenangkan saya. Di manapun saya ada, saya bawa kehangatan, saya bawa damai sejahtera Kristus yang terang dan berkuasa atas dunia ini.

3. Menyingkapkan segala rahasia yg tersembunyi
Tahukah saudara bahwa di tengah kegelapan, orang senang menyimpan rahasia dan menyembunyikan segala sesuatu. Nah, ketika terang datang, otomatis yg disembunyikan, akan terbuka. Saudaraku, ada banyak dosa-dosa tersembunyi di muka bumi ini. Sebagai orang percaya, tugas kita adalah menjadi berkat, artinya: supaya orang-orang yg menyimpan sesuatu ini, dapat membuka hati mereka untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat.

Sehingga kita tanpa disadari menjadi terang dunia dan menyingkapkan segala rahasia/selubung-selubung kemunafikan yang diciptkan dan dibentuk oleh setan untuk menghancurkan keluarga, untuk menghancurkan generasi muda, gereja Tuhan/orang-orang rohani. Tetapi, sebagai hamba Allah saya mau ingatkan bahwa kita adalah pelita!

Doa:
Tuhan, biarlah engkau jamah kami semua yg sedang sakit, berbeban berat. Biarlah pelitaMU terus menyala menerangi kami dan memberi kekuatan. Sehingga kamipun dapat menjadi berkat bagi orang yg membutuhkan. Di dalam Nama Yesus kami berdoa dan mengucap syukur, haleluya, amin!

My lost ring

My lost ring
"Now we see things imperfectly, like puzzling reflections in a mirror, but then we will see everything with perfect clarity. All that I know now is partial and incomplete, but then I will know everything completely, just as God knows me completely."
1 Corinthians 13:12, NLT

For 7 years, I’ve had a beautiful silver ring that Andy bought for me in Australia, and I’ve worn it every day and really treasured it. The only problem with this ring is that it never actually fitted my finger properly. Subsequently, over the years it’s been a regular family activity to search for ‘Mum’s lost ring’, often discovering it at the bottom of laundry piles, garbage cans and even a swimming pool!

A few weeks ago we were at the beach playing in the sea, tossing a ball around, when once again my ring slipped from my finger and disappeared into the Gulf of Mexico! There was a moment of panic and slight hysteria followed by ‘action stations’ from all the family! The boys grabbed their snorkel gear, Andy donned his goggles and we all prayed that the Lord would help us once again find ‘Mum’s ring’.

For 2 hours we snorkelled and searched back and forth where we were in the ocean, believing at any moment we would glimpse a sparkle and discover our treasure. Unfortunately, we never did. The ring was lost, and with water-logged bodies, we had to admit defeat. I wasn’t happy about this! I felt so disappointed that despite all our best efforts, having prayed every prayer we could think of, mustered mountains full of faith between us and with great expectations of success, I was still going home without my ring! During the drive home I sat quietly in the car feeling a bit like a sulky, spoilt child as I asked the Lord why, as I knew He could have helped us, He seemingly didn’t.

Then I realised that hidden inside my own heart I had a false belief. If I could only pray the right prayer and have the right amount of faith, then everything would be ‘Hunky Dory’. As I brought this to the Lord I realised our picture of God and His care for us isn’t determined by how well our life is going. He isn’t only close to us when we see rainbows and life is fuzzy and warm. We go through things in life which are more earth shattering than a lost ring, but, even then, can we allow circumstances to influence how we see God, His love for us, or our love for Him? I don’t think so. There will be times when we’ve prayed all we know to pray, sorted out all we can sort out in our lives, stood in faith, and yet we still don’t get the answer we think we want or need. We don’t like what’s happening, and we don’t see the picture clearly or understand the reasons why, (as in 1 Corinthians 13:12).

It’s at those times the Lord asks us to surrender it all to Him and hold on to the relationship we have. To trust Him even when we don’t have answers, and to draw close to Him, knowing He never changes and He’s always worthy of our praise. The words of Matt Redman’s song are true;
‘Blessed be Your name, when the sun`s shining down on me,
when the world’s all as it should be, blessed be Your name.
Blessed be Your name on the road marked with suffering,
though there`s pain in the offering blessed be Your name’.

Prayer: Lord Jesus, I’m sorry that I have sometimes allowed my circumstances to define who You are and Your love for me. I realise that’s wrong and robs me of Your presence and Your peace. I recognise that there’s much about You and Your ways that I still only see and understand in part. Please, Lord, teach me how to trust You and to praise You in the good times and the bad, and to never forget that who You are, and Your love for me, never changes. In Jesus’ name, Amen.

Today's Writer : Cath Taylor Cath Taylor joined the Ellel Grange team back in 1992. Cath is married to Andy and they have three sons; Jake, Ben and Isaac. Together, Andy and Cath now live in Florida and lead the Ellel USA team.

Children of God

09 July, 2011
Today's Free Devotional from Ellel Ministries International
Children of God

"How great is the love that the Father has lavished on us, that we should be called the children of God! And that is what we are!"
1 John 3:1, NIV

I doubt a five year old prince or princess really appreciates being in a royal family. Perhaps they even dislike it at times, because they don’t see the good of it, and they mostly feel the constraints and limitations it places on them. But they can´t get away from it. They were born into a royal family. However, later they will probably see the privileges they have and come to appreciate them. These privileges were always there, even when they didn’t understand them.

We weren’t given the privilege of having royal blood. We were ordinary people, with little to boast of. Then the unbelievable happened! God Almighty bestowed on us the standing of being His beloved children! We weren’t born into it, we didn’t deserve it, we didn’t have the qualifications for it, and yet it happened: We gained the right to call ourselves the children of God. It’s not even that we ourselves took that name for ourselves, but God Himself called us His children.

We could be regarded as presumptuous, or mistaken in using such a name, but not God! He is ‘the truth’, and what He says is true. He made a promise. ‘Yet to all who received him, to those who believed in his name, he gave the right to become the children of God’ (John 1:12). If God says you’re His beloved child, all the blessings and privileges of being a child of God are yours, even if you don’t yet fully comprehend them. They’re all there, waiting for you to find out how blessed you are.

When you walk through the dark and difficult circumstances of loss and loneliness, and when it seems that nobody’s there to comfort you, your Father cares, because you’re His beloved child. When you have to go through a time of unexpected needs and adverse experiences, your Father is there with you, because you’re His beloved child. When health and strength fail, and you find it very hard to cope with life’s demands, does your Father forsake you? No, because you’re still His beloved child. As His children we all have the privilege of enjoying His presence all the time. Not because we deserve it, but because He’s lavished His love on us, and made us His very own children.

What should our response be? Certainly not childishly complaining about the limitations this relationship causes, but a trusting whisper “Abba, Father!” We walk as His children, we rest as His children, and yes, even when we sleep, we’re His children. It’s not something that’s ours because we hold on to it, but because we’ve been given the standing of being God’s children. And the greatest privilege of being a child is having a Father, a Father who cares, and he’s Your Father today!

Today's Writer : Goran Andersson Goran Andersson , together with his wife Roswitha, worked as missionaries in Japan from 1967 – 1985. They then pastored a church before moving to Kåfalla Herrgård, Sweden where Goran became Director. They have worked with Ellel Ministries since 2004 a

Tuesday, July 5, 2011

Are You Ready?

Are You Ready?

"Stay dressed for action and keep your lamps burning, and be like men who are waiting for their master to come home from the wedding feast, so that they may open the door to him at once when he comes and knocks."
Luke 12:35-36, ESV

Jesus so often challenges us and gives us responsibilities. To those who don’t yet know Him as their Lord and Master He says ‘repent, for the kingdom of heaven is near’ (Matthew 4:17), but for those who belong to Him, love Him and know Him there are further responsibilities as they live in His Kingdom.

I like the simplicity of this instruction ‘Stay dressed for action and keep your lamps burning’. Do you wonder what our lamps could be? How about our passion for Jesus and the things of the Holy Spirit?

Jesus talks about the light in us. First of all, once we have the light of Jesus burning in our hearts, we must let others know. ‘No one after lighting a lamp puts it in a cellar or under a basket, but on a stand, so that those who enter may see the light’ (Luke 11:33).
Then we have the responsibility to make sure the light doesn’t go out or grow dim. Jesus says we must be ‘careful’ about that. ‘Your eye is the lamp of your body. When your eye is healthy, your whole body is full of light, but when it is bad, your body is full of darkness. Therefore be careful lest the light in you be darkness. If then your whole body is full of light, having no part dark, it will be wholly bright, as when a lamp with its rays gives you light’ (Luke 11:34-36).

How can we keep our lamp burning? We can fix our eyes on the glory of Jesus and focus on praise and worship to Him. Not only can we pray those prayers of intercession, however short or long, and whatever time of day or night, but we can to continually give thanks and tell Him we love Him (rather than grumbling and complaining). We can also saturate ourselves in the Word of God each day. Our eye can look upon its light and take in as much as possible. And yet even that isn’t enough. We must also put into practice what we read in the Bible. ‘But he said, “Blessed rather are those who hear the word of God and keep it!’ (Luke 11:28). Yes Jesus is coming back and we must be ready to meet Him at His return, or meet Him before then as we step into eternity. ‘This night your soul is required of you’ (Luke 12:19 – 21).

In Jesus’ illustration the good servant is alert for the return of his master and aims to please him. The master comes back from the wedding banquet is so delighted with this servant that he gives him a huge reward. He actually waits upon him and serves him. What could be more surprising than that? But the bad servant will be punished, for ‘Everyone to whom much was given, of him much will be required, and from him to whom they entrusted much, they will demand the more’ (Luke 12:48).

Prayer: Dear Lord Jesus, thank You for the light You bring to me. Please help me to keep it burning. I want to be ready when you return so I can open the door for You and welcome You back. Amen.
Today's Writer : Liz Griffin Liz Griffin lived for 20 years as an expatriate in South Africa, Bahrain and Japan, as her husband Paul worked for an international oil company. Paul and Liz became involved with Ellel Ministries in 1991 as part of the ministry team and joined the full-time team at Ellel Grange in 1995. Paul and Liz teach and minister to those seeking healing in their lives and together have written two books, 'Anger - How Do You Handle It' and 'Hope and Healing For The Abused'.

Monday, July 4, 2011

Leap of faith

Leap of faith

"Trust in the LORD with all your heart; do not depend on your own understanding."
Proverbs 3:5, NLT

On a recent outing to a nearby forest theme park I was particularly taken with a certain attraction that was on offer. The ‘Skydive’ is simple enough – don a safety harness (connected to a safety rope), climb the 50 foot mast to a small platform and then step off! The safety rope is connected to a piece of equipment called a descender, which essentially controls your fall so that you won’t hit the ground too hard. Such simplicity is easy to describe but not so easy to accomplish!

I ‘did’ the Skydive a few years ago and remember it well... the climb was fine, standing on the platform was a little more nerve-racking, but then having to step off into thin air goes against all that is rational and intuitive. Fifty feet is a long way down when all there is between you and the ground is open space!

Our conditioning as a person is to protect ourselves from such falls, everything that we have learned in life says, “Don’t do it!” Even having seen many people perform the ‘leap of faith’ previously, it counts for very little once you are up there; such is the strength of our intuition and knowledge that comes from past experience.

As we go through life we develop our own personal set of rules and protective measures, a way of living that keeps us safe from perceived harm. Yet, these ‘rules’ can often be distorted because of the reasons we set up such protective measures. The perceived harm can be based on a lie that then prevents us from experiencing the fullness of joy of life.

If our past experience has told us that a deep, intimate and loving relationship is unsafe then we will set up protective measures around our heart in order to keep the perceived harm away. If we view our attempts at achievement as a road to failure we will pull away from pushing forward in our talents and gifting. The list of protective measures could go on and on!

Are we willing to admit that we may need to take a leap of faith to break through our own protective measures and rely purely on God’s promises? This is what God requires of us. To trust in Him, despite our understanding that is intrinsically linked to past experiences and a well-developed sense of judgement; admitting that our personal understanding can be distorted and our self-protection can be the source of our limited living.

God may well be asking you to step away from everything that makes you feel safe so that your trust in Him can be complete and you can experience the joy and freedom of living in His safety and protection.

Prayer: Father God, reveal to me any self-protection measures I have in my life that are based on a lie and that are preventing me from moving forward in my life. Help me take a leap of faith, knowing that You are my rock of safety. Amen.
Today's Writer : Lindsey Hanekom Lindsey Hanekom has worked at all of our UK centres over the years and is now settled at Ellel Scotland with her husband, Johann and their young son, Kyle. She is part of the Ellel 365 Team as well as being responsible for the marketing and publicity for Blairmore. Alongside these roles, Lindsey is a valued teacher who has a real heart to see people move into the fullness of life and to discover their full and true identity in God.

Sunday, July 3, 2011

195. Menanggapi Firman Tuhan - Markus 4:3-20

Setiap kita dapat bertumbuh dari pemberitaan Firman Tuhan. Tetapi yg menjadi pertanyaan saya, kenapa ada orang yg berasal dari gereja yg sama, mendengar kotbah dari pendeta yg sama, menyanyikan lagu pujian dari lagu dan pemimpin pujian yg sama, bernyanyi dari nyanyian lagu yg sama. Tetapi, kenapa ada orang yg imannya bertumbuh, tetapi yg lain imannya stagnan/berhenti/bahkan yg lain lagi justru mundur imannya bahkan ada sebagian lagi yg murtad. Lalu kita bertanya, apa yg salah? Apa yg menghambat pertumbuhan?

Kadang kala bukanlah persoalan Firman Tuhan/para pelayan gereja yg salah. Tetapi, bagaimana kita menanggapi Firman Tuhan. Karena Firman Tuhan adalah jawaban buat kita. Firman Tuhan adalah kekuatan dan kepastian bagi hidup kita. Tetapi cara kita menanggapi Firman Tuhan, sangat menentukan pertumbuhan rohani kita selanjutnya. Kita lihat di Markus 4:
3"Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 5Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 6Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.7Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. 8Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." 9Dan kata-Nya"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"10Ketika ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. 11Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, 12supaya: Sekalipun melihat mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."13Lalu Ia berkata kepada mereka:"Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? 14Penabur itu menaburkan firman, 15Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. 16Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, 17tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. 18Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, 19lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 20Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratur kali lipat."

Jadi, dari ayat-ayat di atas, Yesus mau mengajar kita bahwa setiap Firman yg disampaikan, maka ada 4 kelompok jemaat/reaksi dalam menanggapi Firman Tuhan:

1. Hati pinggir jalan
Artinya, Firman didengar, dia masuk gereja, ia beribadah dan melakukan kegiatan-kegiatan rohani, tetapi waktu Firman ia dengar, Firman berlalu begitu saja. Dikatakan pada ayat yg ke-15Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Jadi, Firman yg ia dengar tidak ia simpan dalam hati, tidak ia tanggapi dengan positif.

Buat sebagian orang, mereka hanya datang ke gereja, mendengarkan Firman Tuhan, ia hanya berharap agar pendeta ini berkotbah mengenai sesuatu yg lucu, yg mendatangkan semangat buat dia. Tetapi, hanya sampai di situ. Tetapi, seharusnya saat kita mendengar Firman, seharusnya seperti cermin. Bagaimana kita melihat kelemahan/kekurangan kita, dimana hal-hal yg harus diperbaiki. Kita seharusnya dapat melihat, bagaimana Tuhan begitu baiknya di dalam hidup kita. Tuhan begitu luar biasa dan tidak pernah tinggalkan kita. Tuhan selalu beserta kita dan selalu memberi kemenangan dalam hidup kita.

Jadi, tipe seperti ini adalah: ia mendengar Firman, tetapi ia anggap sepi. Sehingga ketika setan datang, lalu setan curi Firman itu. Firman Tuhan sama sekali tidak menempel dalam hidupnya. Setan engga bisa curi Firman yg menempel dan menjadi satu dalam hidup kita. Yang seperti Yesus bilang,"Jika Aku tinggal di dalam kamu dan FirmanKU tinggal didalammu." Kapan Firman tinggal di dalam kita? Saat kita buka hati dan merenungkannya, serta membiarkan Firman itu merubah hidup kita, merubah konsep-konsep hidup kita. Sehingga ketika mendengar, kita bisa tahu:"...oh...ini yg harus saya tinggalkan, ..oh ini yg engga baik...oh...ini yg harus saya jalani. Jadi, dia bandingkan Firman dengan dirinya, seperti ia melihat cermin dan bereaksi secara penuh.

2. Hati yg berbatu
Artinya: Firman ia dengar, tetapi ia engga tahan terhadap masalah. Jadi, selama Firman itu menyenangkan, memberkati. Tetapi tidak menjadi dasar dalam kehidupannya, sehingga fondasinya begitu tipis. Sehingga ketika masalah dan tantangan datang, mungkin ada yg mengejek dan menghina dia, lalu ia mundur dari gereja. Ia mundur dari pelayanan, lalu bilang,"ah..percuma saya ikut Tuhan!" Saya sudah banyak pelayanan, bayar perpuluhan, tetapi koq..saya engga lihat mujijat dan berkat.

Inilah yg alkitab bilang, tanahnya tipis, tipe orang ini engga tahan dengan tantangan dan godaan dunia. Tipe orang ini selalu berkata,"betul saya harus punya tekad untuk berubah." Tetapi, tipe seperti ini tidak berakar dalam. Tidak kuat menghadapi masalah. Seharusnya Firman menjadi tameng dan fondasi buat kita untuk menahan segala serangan iblis, karena "Ada tertulis.....,,,,,ada tertulis." Jadi, setiap kali setan menyerang, Firman menjadi fondasi saat kita menghadapi berbagai masalah.

3. Hati yg semak duri
Atinya: Firman ia dengar, tetapi kekuatiran dan kesenangan dunia selalu menjadi masalah. Sehingga Firman yg ia dengar/dapat tidak bisa bertumbuh dengan baik. Karena, setelah Firman ia dengar, ia terima dengan suka cita, ia merasa Allah hadir. Tetapi, ketika ada masalah/kekuatiran/tawaran2 dunia yg menggoda. Ia tidak bisa mengendalikan pikirannya. Seharusnya Firman menjadi jaminan. Firman menjadi fondasi, bahwa saat kita diserang/kuatir, bahwa tawaran dunia begitu indah, sedangkan ikut Tuhan kelihatannya begitu berat.

Justru Firman yg akan meluruskan pikiran kita dan membuat kita mengerti. Karena Yesus adalah segala-galanya buat hidup kita. Saya engga perlu kuatir dan bimbang lagi, karena Yesus adalah jaminan, pegangan dan sumber keselamatan dalam hidup kita.

4. Hati yg baik
Artinya: Firman kita dengar, kemudian kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Ada masalah, tetapi Firman yg menjadi kekuatan dalam hidup kita. Ada kekutatiran engga? Ada, tetapi Firman menjadi dorongan semangat kita. Ada iblis engga yg mau mencuri? Ada, tetapi Firman yg kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi Firman yg tertanam, berakar dan berbuah, sehingga ada 30 kali ganda, ada 60 kali ganda, ada 100 kali ganda.

Jadi, saat kita terima Firman, iman kita semakin maju. Saat kita terima Firman, hidup kita semakin diberkati, rumah tangga kita semakin diberkati. Saat kita terima Firman, masa muda kita semakin suci di hadapan Tuhan. Firman harus menjadi dasar untuk kemenangan demi kemenangan di dalam hidup kita, haleluya!

Doa:
Bapa, hamba berdoa secara khusus untuk setiap kami dengan masalah, persoalan. Tetapi tetap percaya bahwa Yesus adalah sumber kemenangan. Karena Firman Allah adalah dasar berpijak kami. Tuhan jamah kami semua, sehingga kami bisa melihat perkara-perkara besar yg Tuhan telah janjikan dalam hidup kami. Dalam Nama Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur, haleluya, amin!