Friday, May 2, 2008

Hidup Berdamai satu sama lain (Mat 5:21-26)

21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Pertanyaan:
1. Apakah orang Kristen dilarang membunuh?
2. Apakah orang Kristen boleh menjadi tentara?
3. Bagaimana dengan bagian dari Alkitab yg merupakan perintah dari Tuhan kepada Israel untuk membunuh musuh-musuh mereka? (Lihat 1 Sam 15:1-23; Ulangan 25:17-18), Mengapakah Allah memerintahkan untuk menumpas habis-habisan segala musuh Israel berikut ternak mereka?

Mari pertama-tama kita membahas pertanyaan yg ketiga. Sebenarnya menurut Yeh 18:32; 33:11), Allah tidak mau melihat kebinasaan orang fasik. Allah menginginkan mereka bertobat dan hidup. Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa ada satu titik dimana orang-orang fasik itu sudah begitu jahatnya, sudah begitu bebalnya sehingga mereka memang tidak mungkin lagi bertobat, karena hati mereka sudah membatu sehingga penghakiman atas mereka tidak dapat dihindarkan lagi (Yer 11:11; 14:11-12; 15:1-2). Kita tidak tahu mengapa bayi-bayi juga dibunuh. Tetapi kita tahu bahwa Allah kita adalah adil dan bijaksana (Ul 32:4). Kita juga dapat mengingat bahwa kematian bayi-bayi tersebut secara fisik adalah lebih baik daripada kematian kekal.

Orang-orang Amalek yg ditumpas oleh Israel adalah orang-orang jahat yg melakukan berbagai aksi kejahatan dan terorisme. Mereka selalu mencari mangsa orang-orang yg lemah dan tidak berdaya (Ul 25:17-18; Ul 2:34).
Ada 2 alasan mengapa Allah memerintahkan Israel untuk menumpas orang-orang Amalek:
1. Israel adalah alat Allah untuk menghakimi orang-orang Amalek.
2. Jika musuh-musuh Israel hidup, mereka akan menyelewengkan kepercayaan iman Israel kepada dewa-dewa mereka dari Yahweh (Ulangan 20:18)

Kalau kita membaca keterangan di atas, kita akan bertanya-tanya. Kalau begitu Firman Allah bertentangan satu sama lain. Karena Keluaran 20:13 memerintahkan kita untuk jangan membunuh. Tetapi Firman Allah dalam 1 Sam 15:1-23 mengatakan "bunuhlah". Kalau kita mengerti bahasa aslinya ternyata tidak. Karena kata "membunuh" dalam Kel 20:13 berasal dari kata rasah yaitu pembunuhan yg melawan hukum. Untuk pembunuhan yg dilakukan atas dasar Yuridis atau di dalam perang, Perjanjian Lama memakai kata hemit, harag atau naka.
Keluaran 20:13 di dalam pengertian yg benar berarti larangan dari Allah atas kita untuk tidak melakukan pembunuhan yg melawan hukum, Selain itu perintah ini adalah juga merupakan suatu upaya untuk mencegah hak membalas dendam yg sering dilakukan orang-orang Yahudi pada zaman itu bahkan sampai sekarang (Bilangan 19:18)

22 Tetapi Aku berkata: Setiap orang yg marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yg berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yg berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yg menyala-nyala.
Ditulis dalam bentuk kiasan yg merupakan sindiran dari Tuhan Yesus terhadap orang-orang Yahudi.
Pertanyaan: Apakah orang Kristen boleh marah?
Marah adalah wujud dari emosi kita supaya lawan bicara kita menangkap perasaan yg terkandung dalam hati kita karena kata-kata halus dan nasihat kita rasakan tidak membawa suatu pengertian kepada lawan bicara kita. Semestinya kita berharap, lewat kemarahan ini kedua belah pihak dapat memperoleh pengertian, tetapi yg terjadi biasanya adalah sebaliknya.

Di dalam bahasa Yunani ada 2 kata marah. Yang pertama adalah thumos, yaitu kemarahan yg timbul dengan cepat kemudian meledak, kemudian surut dan hilang begitu saja sepertinya tidak terjadi apa-apa. Yang kedua adalah orge, yaitu kemarahan yg mengakar, yg membuahkan sakit hati, dendam dan kebencian. Kata marah yg terdapat dalam Mat 5:22 berasal dari kata orge yaitu kemarahan yg terus berlangsung dan berkembang menjadi kebencian terhadap sesama. Pada puncaknya kemarahan ini bisa berbentuk tindakan kekerasan atau hal-hal lain yg merugikan sebagai upaya balas dendam atau sakit hati. Kata kafir dalam ayat 22 ini berasal dari kata rhaka yg berarti bodoh, kepala kosong,tidak berotak. Ini merupakan suatu penghinaan kepada orang lain dengan berpikir dirinya lebih pintar dan lebih hebat daripada orang lain sehingga dapat disebut sebagai dosa kesombongan. Yak 4:6 mengatakan; Allah menentang orang yg congkak tetapi mengasihani orang yg rendah hati. Kata Tuhan Yesus, orang yg suka menghina orang lain seperti ini seharusnya dihadapkan kepada Mahkamah Agama. Bagi orang Yahudi pada waktu itu, mereka mempunyai 3 macam pengadilan: a) Pengadilan lokal b) Mahkamah agama sebagai pengadilan nasional c)Pengadilan ilahi.

Kata jahil berasal dari kata moros, yg merupakan pengyunanian dari kata ibrani moreh yg berarti orang bebal, bejat, penghujat, murtad (Yer 5:23). Moros adalah suatu penghinaan terhadap watak dan hati seseorang. Dengan mengumpat dan menghina saudaranya seperti ini, mereka biasanya mengumpat supaya dia masuk neraka. Kata neraka di sini berasal dari kata gehinnom yg kemudian menjadi gehenna. Hinnom adalah lembah di sebelah selatan Yerusalem. Pada waktu dahulu lembah ini merupakan tempat persembahan anak-anak kecil sebagai korban bagi dewa Molokh (2 Raj 16:3). Sejak abad kedua, orang Yahudi percaya bahwa penghakiman akan berlangsung di lembah itu dan bahwa orang2 fasik akan menerima hukuman dalam lautan api (Yer 7:32; 19:6). Pengajaran moral yg kita terima dari ayat ini jangan sekali-kali memiliki kemarahan yg panjang sehingga membangkitakn kebencian di hati kita untuk melakukan tindakan yg negatif untuk menghancurkan dan merugikan orang lain. Kata Yesus, kemarahan yg seperti ini tidak ada bedanya dengan membunuh karena orang yg memiliki kemarahan seperti ini akan berusaha untuk menghancurkan kehidupan orang lain yg dibencinya. Orang yg seperti ini akan dihadapkan kepada pengadilan Allah.

Kedua ilustrasi dari ayat 23-24 dan 25-26 adalah berbeda mengenai objek yg menjadi ganjalan diantara kita. Ayat 23-24 melukiskan ganjalan yg ada diantara kita dengan saudara-saudara kita. Sedangkan ayat 25-26 tentang ganjalan yg ada antara kita dengan musuh kita. Tetapi makna ayat2 ini adalah sama. Maksudnya kita tidak boleh membiarkan kerenggangan atau ganjalan yg ada berlangsung lama, apabila membiarkannya menjadi kebencian. Kita tidak boleh menunda-nunda pemulihan hubungan yg terputus. Paulus mengatakan apabila kita menjadi marah, janganlah berbuat dosa. Janganlah marah sampai matahari terbenam, kalau tidak kita akan memberikan kesempatan kepada iblis untuk menaburkan kebencian dan akar kepahitan (Ef 6:26-27)

Firman Allah dalam perikop ini mengajarkan kita untuk tidak marah tanpa alasan atau marah yg berkepanjangan karena si pemarah menimbulkan pertengkaran dan orang yg lekas gusar banyak pelanggarannya (Amsal 29:22; Yak 1:19-20). Karena itu hendaklah kita dapat lebih menguasai diri kita sedemikian rupa supaya kita dapat berdoa kepada Tuhan. Kalau hati kita dipenuhi oleh kasih kristus; damai sejahtera dan kuasa Allah akan memampukan kita untuk menguasai diri sehingga kita dapat melayani orang-orang yg kita tidak sukai sekalipun. Hidup berdamai jauh lebih enak dibandingakn dengan hidup bermusuhan. Selama kita bermusuhan, tidak ada ketenangan dan damai sejahtera.

Renungan:
Siapakah yg menjadi musuh kita selama ini? Maukah kita berbaikan satu sama lain?

No comments: