Sunday, November 28, 2010

165. Petrus yang menyangkal Yesus - Matius 26:69-75

Sebetulnya keadaan ini atau peristiwa ini adalah sesuatu yg mengundang tanda tanya besar, kenapa? Karena kita perhatikan bahwa Petrus adalah salah seorang murid Yesus yg sangat dekat denganNYA. Yang pernah berkata,"guru, meskipun semuanya tergoncang imannya, tapi karena Engkau, aku sekali-kali tidak!" Petrus adalah seorang murid yg pernah mengalamai kemuliaan Tuhan dan berkata,"Tuhan, biar kita bangun 3 tenda, 1 untuk Musa, 1 untuk Elia dan 1 untuk Engkau!"

Kita lihat bahwa murid ini adalah murid yg sangat dekat dengan Yesus. Bahkan kalau saudara perhatikan, kemanapun Yesus pergi, Petrus selalu diajak serta. Jadi, kalau murid yg lain bisa menyangkal, maka itu bisa dimengerti, tetapi kalau murid seperti Petrus yg bisa menyangkal, nah...ini mengundang tanda tanya besar, koq..murid, kenapa bisa menyangkal? Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, yang saya mau ingatkan dari pelajaran hari ini, adalah: jangan sampe kita yg mengaku murid Yesus/orang-orang percaya/pelayan-pelayan Kristus, tetapi akhirnya karena gadis cantik, atau hanya karena seorang pria gagah, atau hanya karena pangkat dan kedudukan, akhirnya kita menyangkal Yesus. Di dalam Matius 26:


69Sementara itu Petrus duduk di luar halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." 70Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." 71Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." 72Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." 73Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." 74Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. 75Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, pertanyaannya adalah:koq, murid bisa menyangkal, apalagi Petrus yg sudah melihat sendiri Kuasa Tuhan, dia sudah menyaksikan sendiri, bagaimana orang mati dibangkitkan, yg buta dicelikkan, yg lumpuh dibuatnya berjalan, koq bisa seperti itu? Jawaban saya sederhana, itu semuanya bukanlah jaminan. Kita bisa saja masuk gereja, kita bisa merasakan mujijat dan kuasa Allah, bisa saja kita lihat perkara-perkara dahsyat yg Allah kerjakan yg terjadi di dalam pelayanan, di dalam gereja kita. Tetapi, saya mau ingatkan buat saudara, kalau kita tidak setia, kalau kita tidak bertahan/hidup suci, dan menjadikan Yesus yg terutama dalam hidup kita. Hati-hati, janganlah kemudian kita sampai menyangkal Dia. Nah, saya pelajari kenapa Petrus bisa menyangkal:

1. Karena Petrus duduk di luar.
Ayat yg ke-69Sementara itu Petrus duduk di luar halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." dan kalu kita lihat pada ayat yg sebelumnya, yaitu yg ke-58"dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar,.." Kenapa Petrus yg merupakan murid terdekat Yesus bisa menyangkal? Karena Petrus duduk-duduk di luar dari jauh. Petrus cari amannya, Petrus mau berkompromi dengan dosa, mau ikut Yesus, tetapi juga mau aman.

Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, kadang kala kita diperhadapkan dengan pilihan, kalau saya ikut Kristus, saya harus bersedia menghadapi tantangan, saya harus siap diejek, saya harus siap dicemooh, saya harus siap dianiaya sekalipun, tetapi 1 hal saya mau ajarkan adalah bila fokus hidup kita hanya pada Yesus saja, Yesus akan selalu bela kita. Oleh karena itu, kita engga bisa ikut Yesus dari jauh, tetapi kita harus ikut Yesus dari dekat.

Bahkan Alkitab berkata,"Jika kamu tinggal di dalam Aku, dan FirmanKU tinggal di dalam kamu, saya senang bahasa Jawa yg bilang,"kita dengan Allah itu harus manunggal." Artinya kita bukan hanya perlu dekat dengan Allah, tetapi kita harus menjadi satu. Biarlah FirmanNYA tetap tinggal diam di dalam Engkau. Maka di situ kita akan melihat Kuasa, di situ kita akan melihat kemenangan, di situ kita akan melihat Kuasa kedahsyatan Tuhan. Jadi, kenapa Petrus bisa menyangkal? Bukan berarti dia tidak cinta Tuhan, tetapi ia berdiri terlalu jauh dengan Tuhan, duduk-duduk di luar, ia mencari cara yg aman untuk ikut Yesus.

2. Karena Petrus menganggap bahwa hukum Tuhan bisa dilanggar demi keselamatannya
Petrus tidak menghargai hukum Tuhan secara khusus, tetapi ia pikir bahwa hukum Tuhan bisa flexibel. Demi keselamatan saya, maka hukum Tuhan bisa saya langgar kapanpun saya mau. Ayat yg ke-70 dikatakan,"Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." Dia pikir, ah..Tuhan ngerti Koq, saya tahu bahwa Tuhan buat ini bukan berarti untuk menyangkal Dia, tetapi agar saya aman." Bahkan di ayat yg ke-72 dikatakan,"Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah." Pedahal Alkitab pernah berkata, janganlah engkau bersumpah."

Bahkan di ayat yg ke-74 dikatakan,"Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Padahal Alkitab sudah menyebut,"Janganlah menyebut Nama Tuhan secara sembarangan." Alkitab mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh bersumpah sebagai orang percaya. Bahkan seringkali saat keadaan menekan, kita yg sudah sebagai orang percaya, ada yg rela untuk berbohong, menipu, korupsi, berzinah. Karena, kadang kala kita ingin mendapatkan pembenaran/persetujuan dari semuanya itu. Tetapi, sebagai hamba Allah saya mau coba untuk ingatkan buat saudara secara tegas, bahwa alasan yg baik tidak bisa membenarkan tindakan yg keliru.

Walaupun Petrus punya alasan supaya saya selamat, jangan sampe saya ikut-ikutan dibunuh bersama Yesus karena saya masih ingin mengabarkan injil. Tetapi, saya mau ingatkan buat saudara bahwa meskipun alasannya baik, tetapi kita tidak boleh melakukan tindakan yg salah. Oleh karena itulah Sadrakh, mesakh dan Abednego berkata,"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yg menyala-nyala, tetapi seandainya tidak, kami tidak akan memuja Dewa dan menyembah patung emas. Dengan lain kata, suatu tindakan yg melanggar hukum Tuhan, kami tidak akan melakukannya.

3. Karena Petrus lupa akan peringatan Yesus
Terbukti pada ayat yg ke-75Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Dengan lain kata, sebelum-sebelumnya, Petrus lupa. Jadi, ketika saudara dengar Firman di gereja, di persekutuan doa. Saya percaya bahwa Firman Tuhan khusus berbicara buat saudara. Satu hal yg saya mau ingatkan, adalah jangan sampai saudara melupakan Firman, karena bila saudara melupakan Firman, maka saudara akan berjalan jauh dari Tuhan.

Tetapi, bila kita menjadikan Firman sebagai sesuatu yg terutam di dalam hidup kita, maka kita akan berjalan melalui kemenangan dan kemenangan melalui KuasaNYA yg besar, haleluya!

Doa:
Bapa, di dalam Nama Yesus, hamba berdoa. Setiap dari kami yg karena tekanan, masalah, sakit penyakit, ataupun ada di antara kami yg mulai jauh dari Tuhan, bahkan mulai menyangkal Tuhan, di dalam Nama Yesus, Tuhan jamah, Tuhan nyatakan mujijat, Tuhan nyatakan KuasaMU, sehingga melalui ini, kami kembali dapat meraih kemenangan yg luar biasa, di dalam Nama Yesus kami berdoa, haleluya, amin!

Out of Darkness

Out of Darkness

"He has delivered us from the domain of darkness and transferred us to the kingdom of his beloved Son, in whom we have redemption, the forgiveness of sins."
Colossians 1:13-14, ESV

November in Britain seems a very cheerless month of the year to me as darkness descends in the late afternoon seeming to rob us of a full day. It is easy to see how some people talk of depression coming from the lack of light. But I remember the first time I went to Norway. When we landed at Oslo airport it was completely dark and very cold. What a surprise it was to walk into the airport terminal building! Everywhere was bright and beautiful, glowing with warmth and light. I learnt that Norwegians chase away winter darkness with hundreds of candles. They are everywhere, even outside in gardens. I realised then that a simple candle not only brings light, so that we can see, but also beauty and warmth.

I think of the words of Jesus: ‘I am the light of the world. Whoever follows me will not walk in darkness, but will have the light of life’ (John 8:12). Why would we want to walk in darkness when we can enjoy being in the light? There is so much darkness all around us, darkness of depression, of hopelessness, of illness and pain, and all kinds of suffering.

I suppose the answer is that while we are ignorant we have no way of stepping out of darkness into the light.

The apostle Paul heard about the Gentiles in Colossae who had turned to Jesus in faith and he sent a letter to them telling them that he was praying for them. He said ‘ May you be strengthened with all power, according to his glorious might, for all endurance and patience with joy, giving thanks to the Father, who has qualified you to share in the inheritance of the saints in light. He has delivered us from the domain of darkness and transferred us to the kingdom of his beloved Son, in whom we have redemption, the forgiveness of sins’ (Colossians 1:11-14).

There is a song called ‘We are pilgrims on a journey’ and one verse says ‘I will hold the Christ light for you in the night time of your fear. I will hold my hand out to you; speak the words you long to hear’. Perhaps we can help someone to find that Jesus is the light for their life taking away their darkness of despair and bringing them into His kingdom.

Prayer: Dear Heavenly Father, thank You for sending Jesus into a dark world to bring us the light we need. Thank you that there is no place too dark that it can’t be transformed by Jesus. Help us to choose to walk in His light rather than stay in darkness, in Jesus’ name, Amen.

Today's Writer : Liz Griffin Liz Griffin lived for 20 years as an expatriate in South Africa, Bahrain and Japan, as her husband Paul worked for an international oil company. Paul and Liz became involved with Ellel Ministries in 1991 as part of the ministry team and joined the full-time team at Ellel Grange in 1995. Paul and Liz teach and minister to those seeking healing in their lives and together have written two books, 'Anger - How Do You Handle It' and 'Hope and Healing For The Abused'.

Monday, November 22, 2010

Thirst

Thirst

"As the deer pants for the water brooks, so pants my soul for You, O God."
Psalm 42:1, NKJV

As I watched the Transformation videos, I realised why it was God moved in certain areas where revival was experienced. It was the desire of those who wanted to see change in the lives of people and even whole nations! I believe that this desire is what triggered people to come to a place of repentance and seeking God.

In Africa we have antelopes, which are the same as deer. They run fast in hot and dry grasslands. You can see the way they pant when they need water. The desperation leads them to find streams of water where they quench their thirst.

Unless I thirst I`m not really desperate for a glass of water! The same concept applies to us in our Christian lives. Unless we thirst for the presence of God we can`t really get desperate for the outpouring of His spirit.

Sometimes we get a little complacent and feel self satisfied. But this isn`t what God wants. He wants us to long for Him, to look to Him every day for a new filling, a new revelation and a refreshing of His presence.

Elisha was called to a widow who was a prophet`s wife. After her husband died she was left with a big debt. She had nothing to pay the debt and her debtors were demanding that she pay with her sons. It was a desperate situation for her. If she gave her sons, she could have been left with nothing. Elisha asked her for empty jars and she had to pour the little oil she had into the jars. The oil only stopped when there were no more jars.

We need to make room in our hearts for God`s presence, because we get the same measure we thirst for, or we have made room for. How do we create more room in our hearts? By cleansing ourselves of any unclean thing, and forgiving others who have wronged us. We should keep our hearts clean and clear for Him to move and have a place in us.

Also we need to spend time in His presence. I once asked myself what occupied my time? What do I feed myself with? In our busy technology-oriented society, we might find ourselves stuck in front of the computer screen or the TV, glued to our favourite novel or busy on the phone. There are a lot of things fighting for our attention and time. This can be a great hindrance to spending time in His presence.

Is your heart panting for the Lord? Is there anything that has stolen the longing to be in His presence? What do you feed on? As you ask yourself these questions, seek to draw near to Him more and more.

Prayer: Lord, thank You for Your salvation. I acknowledge that I need You every single day and moment of my life. Help me to take out the ungodly things that I have allowed to occupy my heart, and cleanse me. Indwell me with Your Holy Spirit and give me a thirst for You. Thank You for lavishing Your love on me. Amen.

Today's Writer : Joan Rono Joan Rono was on the young people’s team in the year 2008-2009. She is now working as a Youth Pastor at Ellel Grange, UK. She worked in full time ministry in her church in Kenya before she joined the YPT last year, in obedience to God’s call in her life. She has a passion to see the young people walk in purity and holiness.

Saturday, November 20, 2010

164. Sikap terhadap siksaan-Matius 26:57-68

Hari ini kita mau belajar dari guru kita, yaitu: Tuhan Yesus sendiri tentang sikapNYA saat Yesus menghadapi siksaan. Jadi, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, Yesus bukan hanya Tuhan yg dimuliakan, tetapi Yesus adalah guru yg Agung buat kita. Yesus mengajar pada saat-saat Ia dimuliakan, dan Yesus juga mengajar pada saat IA disiksa. Pada perikop ini, kita melihat bahwa Yesus sedang menghadapi siksaan. Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, kita pada saat sedang menghadapi siksaan, kita cenderung untuk memaki, mengutuk bahkan kadang kala kita mulai berteriak kepada Tuhan,"complain to God/bersungut-sungut dan bertanya kenapa semua ini harus terjadi?"

Karena kita punya kecenderungan untuk lari dari semua masalah dan tantangan. Kita berharap agar hidup Kristen kita berjalan mulus dan tanpa tekanan. Kita tahu sebenarnya bahwa hidup Kristen harus ada tantangan, tapi cenderung berpikir kalau bisa tanpa tantangan/masalah. Bahkan mengenai siksaan, ooh...kalau bisa itu sungguh-sungguh dijauhkan dalam hidup saya. Kalau kita lihat di Matius 26:

57Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. 58Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. 59Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya ia dapat dihukum mati. 60tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang. 61yang mengatakan:"Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." 62Lalu imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya:"Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" 63Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 64Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 65Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata:"Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 66Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" 67Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-NYa; orang-orang lain memukul Dia. 68dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, seumur hidup Yesus. Ia memberkati yg lemah, sepanjang hidupNya, Ia sembuhkan yg buta. Sepanjang umur hidupnya, Ia bangkitkan orang mati, sepanjang umur hidupNya, Ia pulihkan orang-orang yg dalam kesusahan. Saudara bisa bayangkan bahwa Yesus sepanjang hidupNYA memberkati, memberkati, memberkati..banyak orang. Tetapi Yesus selain memberikan berkat, IA juga menegur kesalahan serta menyatakan kesalahannya, Yesus juga berani untuk menyatakan kebenaran, meskipun itu sakit bagi orang yg ditegurnya tetapi Yesus berani untuk menyatakanNYA, dan inilah yg menyebabkan imam-imam besar, ahli-ahli taurat marah kepada Yesus,sehingga mereka merancangkan yg jahat, bahkan menyiksa Yesus.

Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, apa yg terjadi, pada saat Yesus menghadapi siksaan itu? Apakah ia berontak dan berkata,"Apakah aku salah, buktikan kesalahan itu, lalu Yesus mulai marah seperti kita?" Kebanyakan dari kita bila kita dituduh, apalagi disiksa, kita akan marah, berontak dan membela diri dan berkata,"oh...itu kan hak saya, itu kan hak azasi saya sebagai manusia. Itulah sebabnya orang-orang dunia saat ini selalu mempeributkan mengenai hak azasi manusia. Seringkali kita berpikir terus mengenai hak kita, tetapi lupa akan tanggung jawab kita.

Yesus sebagai anak Allah, bukan hanya Ia tahu bahwa Ia berhak memiliki Kuasa atas segala-galanya, tetapi sebagai anak Allah, Ia juga bertanggung jawab untuk menyelamatkan umat berdosa, sehingga Yesus rela, siap menghadapi tanggung jawab, tantangan, penderitaan dan siksaan yg berat. Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, bagaimana sikap Yesus menghadapi siksaan:

1. Yesus tetap diam dan tidak membela diri
Jelas dikatakan pada ayat yg ke-63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Di sini jelas kita lihat bahwa Yesus tetap diam. Yesus tidak berdebat dan mengatakan siapa yg benar dan siapa yg salah. Yesus tidak berdebat, oh...Dia engga senang sama saya, oh...itu sumpah palsu. Yesus tidak membela diri. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, ini adalah sesuatu yg sulit dalam kehidupan kekristenan kita. Alkitab berkata,"bahwa bila seseorang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu."

Apakah secara fisik bila orang tampar pipi kanan kita, lalu kita bilang, "satu lagi dong!" Yesus bukan bermaksud seperti itu. Tetapi yg sedang Yesus maksudkan adalah bahwa membela diri hanya akan memperbesar sebuah masalah. Bila suami sedang marah dengan istri, lalu istri coba untuk membela diri. Sehingga akhirnya terjadilah keributan yg bertambah besar. Jadi, yg sedang Yesus ajarkan adalah bahwa menjadi seorang percaya haruslah menjadi seorang yg berani untuk diam, berani untuk mengalah, barulah pada saat yg tepat kemudian menyelesaikan masalah. Yesus mengajar kita bahwa dalam setiap siksaan dan tantangan, janganlah kita mencari kesalahan orang, janganlah kita menuduh orang lain, tetapi kita berani untuk mengambil sikap berdiam diri.

Serahkanlah semuanya kepada Tuhan, karena bila Tuhan menghendaki, Tuhan akan membela kita, tetapi bila Tuhan memiliki rencana yg lain di dalam hidup kita, Tuhan akan membuat yg terbaik menurutNYA. Tetapi yg menarik dari ayat-ayat di atas adalah bahwa Yesus tidak membela diri.

2. Yesus menghadapinya dengan tenang
Yesus tidak menghadapinya dengan kepanikan, kekuatiran, dengan geram atau amarah. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, semakin engkau emosi, semakin masalahmu tidak selesai. Semakin engkau emosi, semakin setan senang. Karena setan tahu, setan paling mudah mengalahkan engkau, setan paling mudah mengalahkan orang-orang yg emosional, karena mereka paling gampang dikendalikan untuk melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Yesus serahkan segalanya kepada Bapa, karena Bapa adalah hakim yg adil.

Yesus pernah berkata,"Serahkanlah segala kekuatiranMU kepadaKU. Dan Yesus juga yg berkata bahwa pembalasan adalah hakKU. Jadi, Allah Bapa juga mengajar kepada kita untuk tetap tenang, diam, tetapi di lain pihak Dia juga akan bertindak.

3. Yesus menyadari bahwa ini adalah awal dari kemuliaanNYA di masa yang akan datang
Itu sebabnya Yesus tidak takut, meskipun orang meludahi mukaNYA, orang meninju, menghina bahkan mengolok-olok Dia dan merobek bajuNYA. Tetapi sekali lagi Yesus menyadari bahwa ini adalah awal dari kemuliaanNYA di masa yang akan datang. Berarti bila saat ini saudara sedang bergumul, saudara harus menyadari bahwa ini adalah awal bahwa saudara akan meraih mahkota. Percayalah bahwa hidup anda akan indah dan penuh dengan sukacita. Seringkali waktu kita menghadapi masalah, dan tantangan-tantangan yg berat, waktu kita merasa seperti ditekan, diperlakukan dengan tidak adil. Lalu, apa yg biasanya kita buat?

Kita mulai berpikir negatif, kita mulai mencari kesalahan-kesalahan orang lain, bahkan istilah sekarang adalah bahwa orang senang mencari kambing hitam. Kita tidak perlu untuk mencari kambing hitam dan cari kesalahan-kesalahan orang lain...., tetapi yg paling penting adalah bahwa kita perlu untuk mengendalikan pikiran kita, janganlah kita berpikir yg negatif, janganlah kita berpikir yg buruk, yg melemahkan dan menyakitkan.

Tetapi, justru kita perlu untuk memandang ke depan, pandang tentang Kemuliaan Tuhan, pandang tentang Kuasa Tuhan, pandang tentang rencana Tuhan, dan berkata,"Tuhan, ini bisa terjadi, pasti ada maksud Tuhan yg terbaik!" Karena, 1 utas rambutpun tidak akan jatuh ke tanah tanpa seijin Tuhan. Percayalah bahwa segalanya di dalam hidupKU pasti tidak akan terjadi tanpa seijin Tuhan, berpikirlah selalu, kebaikan dan Kemuliaan KuasaNYA. Selalu percaya bahwa saat kita menghadapi masalah, asalkan saya tetap tenang,setia, asalkan saya tetap benar, asalkan saya selalu melakukan Firman Tuhan, maka segalanya adalah merupakan awal dari Kemuliaan Bapa di masa Yang Akan Datang.

Doa:
Bapa, terima Kasih, secara khusus hamba berdoa buat mereka yg sakit, yg bermasalah, yg memiliki beban, hamba berdoa di dalam Nama Yesus, kami mohon Kuasa Tuhan menjamah, mujijat Tuhan, perkara-perkara besar bisa terjadi di atas umatMU sehingga mereka bisa memperoleh mujijat, kelegaan dan pertolongan Tuhan, terima kasih Bapa, di dalam Nama Yesus kami berdoa, haleluya, amin!

Wednesday, November 17, 2010

Pour out Your Emotions

Pour out Your Emotions

"O LORD, our Lord, how majestic is your name in all the earth! You have set your glory above the heavens."
Psalm 8:1, NIV

One of God`s greatest blessings to mankind is our ability to appreciate the wonder of his creation. It`s just so … well, beautiful! Probably most of us have experienced the amazing sensation of gazing into a starry night and just looking at the sky. It drives you to praise and worship quicker than almost anything else.

You can get the same result from seeing a wonderful landscape, a brilliant sunset, or the intricacies of a leaf or small creature through a magnifying glass. Oh God, this is amazing! You made it all so well!

The experience is both spiritual and emotional. It feels so good, and does us good, because it’s in obedience to God`s command to pour our emotions back to our heavenly Father who gave them in the first place.

If we can get into this habit of expressing our wonder and joy to God, then it becomes much easier to pour out to him the feelings that are not so pleasant as well. This is part of the same command, and leads to healing.

In Psalm 69, David pours out to God the feelings that are overwhelming him, and goes on to tell God exactly what he thinks about his enemies. To paraphrase verses 22-28: ‘I want their food to poison them, I want them to go blind and crippled, I want their family to die out, and I want them to go to hell!’ Now that`s honesty for you. That`s real emotions. He`s not cursing his enemies(the psalm is addressed to God), he`s telling God exactly what he thinks!

The wonderful result of this is in verses 30-36, where David is free to sing a beautiful hymn of praise. He`s healed!

So how can we praise God in times of trouble? By first pouring out to him, in all honesty, what we are really feeling. This brings healing, cleansing, and enables the Spirit to flow through us. Try it. It works.

Prayer: Dear Lord, You already know my innermost feelings, I cannot hide them from you. So help me to be honest with you about how I feel, so that you can heal the pain and show me how to respond in a godly way to those who have hurt me. In Jesus` name, Amen
Today's Writer : Roger Pook Roger Pook joined the full-time staff of Ellel East in Hungary in January 1996 after a career in language teaching and financial services. He and his wife Christine are Directors of the Ellel East Regional Nations Centre, and they teach and minister throughout the former communist world.

Surrender

Surrender

"For we do not have a high priest who is unable to sympathize with our weaknesses, but we have one who has been tempted in every way, just as we are—yet was without sin. Let us then approach the throne of grace with confidence, so that we may receive mercy and find grace to help us in our time of need."
Hebrews 4:15-16, NIV

One thing that fascinates me is the courage of those who do sky diving! As I was reading about the different ways that people are trained, I learnt a few lessons. There are those that are beginners and need the help and support of trainers. They depend on those trainers to give them confidence and safety. They don`t yet feel confident. They can do it, but with someone near to give them help if they need it. And then there are those that are professional. They can sky dive without any help. They`ve had enough training and practice and can jump out of the plane and trust the parachute will bring them down safely.

Christians can learn great lessons from the sky divers. Maybe you`re a beginner in faith. You hold yourself back, keep things inside, not because you want to, but because you don`t know how to surrender. You need someone to come along and give you support so you can feel safe enough to let go! It isn`t necessarily the help from people that we need, but the help of the Holy Spirit to bring us into surrender, and to give us the confidence and security we need. We need to invite Him in, and for Him to take His rightful place as a gentle helper. Sky divers who`ve passed the beginner`s course can jump alone, but with a helper nearby, just in case! And that is like the Lord. `God is our refuge and strength, an ever-present help in trouble` (Psalm 46:1). Someone wrote the song `He`s only a prayer away`.

Finally there are those who are experienced and can confidently jump from the aeroplane and enjoy their sky diving! Jesus knows all about us. He knows our weaknesses and He also knows our strengths because He has lived in human form and has undergone the same things we have undergone. In the Bible we`re instructed to approach the throne of God with confidence, to receive mercy and grace in times of need. This encourages us to bring our burdens to the Lord and surrender to Him, with the help of the Holy Spirit.

We need to let go and let God. We don`t need to be afraid. We can tell the Lord everything, as we would a trusted friend. He knows all about us and longs for us to come and bring all our burdens to Him.

Prayer: Lord, I thank You that You know me and all that I`m carrying on the inside. I pray that, by Your Holy Spirit, You`ll help me to surrender it all to You. I lay down everything that I`ve held on to. Please take control, and give me Your rest and peace. Thank You, Lord, Amen.

Today's Writer : Joan Rono Joan Rono was on the young people’s team in the year 2008-2009. She is now working as a Youth Pastor at Ellel Grange, UK. She worked in full time ministry in her church in Kenya before she joined the YPT last year, in obedience to God’s call in her life. She has a passion to see the young people walk in purity and holiness.

Monday, November 15, 2010

Forgiveness or Offence?

Forgiveness or Offence?

"Great peace have they which love your law: and nothing shall offend them."
Psalm 119:165, KJV

In 2000 the World’s first secular forgiveness course took place at a leading British university. It was designed to help people forgive their enemies and let go of their grudges. Participants had one thing in common – they were bitter, angry, offended and wanted revenge. The heading for the conference review in a leading newspaper read, ‘Holding a grudge can hold you back and even damage your health.’

Sometimes people ask us to pray for healing, and they have physical symptoms which the doctor can’t find a cause for. One of my first questions is usually “Is there someone you haven’t forgiven?” Various answers are given to the question, but some people say they keep forgiving the same person for the same offence, over and over again. They think they’ve forgiven, but they’re still trapped in the past because they’ve harboured offence and given the enemy a foothold in their lives.

Many times I’ve witnessed physical healing take place when people have been released from the snare of offence, through costly forgiveness, without the physical symptoms being prayed for.

To take offence means to feel and show resentment at another’s actions or words. It’s to hold a grudge because of something someone has said or done and to feel affronted, injured or hostile. An offended person is trapped in the past. They’re locked into the event where they’ve become offended. They’ve resorted to resentment and bitterness, instead of offering the grace of forgiveness to the person (they perceive) who’s offended them.

Through offence the devil schemes to make people captives to do his will. Paul wrote to the Corinthians, ‘I have forgiven in the sight of Christ for your sake in order that Satan might not outwit us. For we are not unaware of his schemes’ (2 Corinthians 2:10-11). A major scheme of the devil is to rob a person of their true potential to love God and be used by Him. Taking offence hardens the heart.

Not one of us can live in the world without the opportunity to be offended. Our text for today suggests that, when we live by the Word of God, we don’t commit the sin of taking offence and become hardened in heart. Rather we make it a way of life to forgive, and experience peace of heart and mind. Jesus said, ‘and blessed is he who is not offended because of me’ (Luke 7:23 KJV).

Prayer: Father God, thank You for the grace of forgiveness through the cross. Please forgive me for harbouring offence in my heart. Today I choose to let it go and be free from the snare of the enemy that is holding me in the past. I pray in the name of the Lord Jesus, Amen.

Today's Writer : Margaret Silvester Margaret Silvester had a career as a teacher prior to being called into full time Christian Ministry with her husband, David, in 1986. They were involved in establishing a Healing Ministry in the local church and Margaret has a passion to see lost and wounded people found and restored. She and her husband joined the Ellel Ministries teaching and ministry team in 2000 after a clear call from God.

I wanna be like you

I wanna be like you

"But in fact God has arranged the parts in the body, every one of them, just as he wanted them to be. If they were all one part, where would the body be?"
1 Corinthians 12:18-19, NIV

Whilst recently watching the classic film The Jungle Book I was struck by the words of a famous song from the film. Many of us will know the song, ‘I wanna to be like you’ and, if we are really honest, would have probably sung along to it quite happily once or twice! Essentially the song is sung by an ape to a boy who was brought up in the jungle. The chorus says, ‘I wanna be like you, I wanna walk like you, Talk like you, too’. Later in the song it becomes clear that the ape wants one thing from the boy – the secret to making fire.

As I listened to the all too familiar lyrics (thanks to a devoted fan of the film in the form of my 2 year old son) I found my thoughts drifting to how we can live our lives in this way. We can see other people and yearn to be like them. Yet the question that I found myself pondering was, “Do I want to be like someone else, or do I want something that person has?” It’s easy to get the two mixed up and we can find ourselves wanting to be like others, but only because we want what they have. It may be that we want their gifts and talents, their status, their friendships, their happiness, their authority, their job, their home...or anything else!

This scripture reminds us that we shouldn’t yearn to be something or someone we aren’t because we perceive our status to be insignificant. Each of the parts of the Body has a vital part to play in God’s purposes.

If you feel as though you live your life thinking, ‘I wanna be like ...’ then maybe today is the day to stop. Why not celebrate the role you have to play in the Body of Christ and just enjoy being yourself?

Prayer: Lord Jesus, help me to love myself and not live my life trying to be like others because I see them as those who have more than me. Help me to just be the person You made me to be, so that I can fulfil Your divine purposes in my life. Amen.

Today's Writer : Lindsey Hanekom Lindsey Hanekom has, over the years, worked at all our UK centres! In 2003 Lindsey and her husband, Johann, joined the Blairmore team where she worked as the Centre Administrator as well as ministering and teaching on retreats and courses. She is currently a full-time mum to her baby son, Kyle and enjoys country sports in her spare time.

Sunday, November 14, 2010

163. Hai teman - Matius 26:47-56

Di dalam perikop ini, ada 1 perkataan Yesus yang bagi saya ini adalah sesuatu yg sangat luar biasa. Yesus menyebut Yudas Iskariot, orang yg menghianati dia dengan sebutan,"Hai teman, untuk itukah engkau datang." Jadi, saudara bisa bayangkan bahwa orang yg menghianati Dia, tidak Yesus sebut sebagai musuh, penjahat maupun penghianat. Tetapi, orang yg menghianati dia, Yesus sebut sebagai teman. Saya percaya, ini tidaklah mudah.

Mungkin saudara berkata,"Pak pendeta, itukan Yesus, Yesus bisa saja, karena Dia kan Anak Allah, karena Dia adalah Allah sendiri, yg merupakan Firman yg menjadi sama dengan manusia, Yesus sih bisa!" Tetapi, kalau saya pribadi, kalaulah saya sudah difitnah, kalaulah saya sudah dihianati, maka saya engga bisa diam, karena karakter saya berbeda pendeta!" Tetapi, hari ini saya mau beritahu, bahwa"Allah kita adalah Allah yang mampu merubahkan karakter kita, sehingga hidup kita senantiasa berjalan dalam Kasih Tuhan." Kita pelajari ayat dari Matius 26:

47Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi. 48Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." 49Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia.50Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?" Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. 51Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya. 52Maka kata Yesus kepadaNya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. 53Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKU, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? 54Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian? 55Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. 56Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.

Yesus menyebut orang yg menghianatiNYA sebagai teman. Nah, saudaraKU yg kekasih dalam Tuhan, ini adalah kalimat dan panggilan yg menarik, karena kita bisa belajar hal-hal yg menarik di sini:

1. Keadaan yg tidak menyenangkan sebenarnya tidak selamanya musuh
Bukan berarti bahwa Yesus tidak tahu bahwa Yudas telah menjualNYA. Dan dengan tanda ciuman Yudas menyerahkan Yesus. Tetapi Yesus tahu persis bahwa inilah masa, inilah awalnya, dan saatnya bahwa Yesus menuju kepada siksaan, menuju kepada kayu salib dan peristiwa yg sebenarnya sangatlah Yesus takuti. Bapa akan terpisah dari padaNYA. Bapa akan memalingkan wajah daripadaNYA. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, tetapi yg Yesus mau ajarkan kepada kita pada saat Ia berkata,"Hai teman.." Sebetulnya Yesus sedang menjelaskan bahwa keadaan yg tidak menyenangkan dalam hidup kita tidak selamanya musuh.

Jadi, keadaan yg tidak menyenangkan justru adalah teman dalam hidup kita, sehingga hal itu dapat mendorong kita agar kita dapat lebih dekat dengan Tuhan.
Keadaan yg tidak menyenangkan adalah teman dalam hidup kita, sehingga kita belajar untuk menjadi lebih dewasa, dan lebih berhikmat di dalam hidup ini. Jadi, sebetulnya Yesus sedang mangajarkan kepada dunia dan murid-muridNya dan orang percaya. Bahwa keadaan yg tidak menyenangkan tidak selamanya menjadi musuh kita, tetapi merupakan teman yg dapat membawa kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan, menjadikan kita lebih menggunakan hikmat di dalam menghadapi hidup ini.

2. Berserah adalah kunci bebas dari kedendaman
Saudara bisa bayangkan bahwa Petrus saja bisa marah. Dia ambil pedang, Petrus hajar salah 1 hamba dari imam besar. Yang saya percaya bahwa yg Petrus sedang arahkan adalah lehernya. Tetapi, karena Petrus tidak terbiasa pegang pedang, Petrus hanya terbiasa pegang pancing dan jala. Sehingga waktu Petrus sedang mengarahkan pedangnya untuk memutuskan lehernya, malah telinganya yg putus. Tetapi Petrus mungkin dengan jengkelnya berkata,"Orang ini pantas mendapatkan perlakuan seperti itu." Tetapi Yesus dengan tegas berkata,"Bukan begitu engkau menangani masalah, sarungkan pedangmu."Orang yg hidup dengan pedang, akan mati dengan pedang, tetapi yg Yesus sedang ajarkan, adalah:Berserahlah Petrus.

Karena berserah adalah kunci bebas dari kedendaman, kebencian. Dan berserah adalah kunci bebas agar kita dapat melihat kasih dan Kuasa Allah mengalir dalam hidup kita. Karena, waktu kita berserah, disitulah kita melihat Kemuliaan dan Kuasa Allah terjadi.

3. Bahwa kedewasaan iman tampak dalam pengendalian diri
Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, kedewasaan iman, bukanlah dari berapa lamanya anda telah pergi ke gereja, atau berapa lamanya anda telah terlibat dengan pelayanan atau telah berapa lama menjadi Majelis gereja. Mungkin saja engkau telah menjadi Majelis gereja, tetapi bila engkau adalah seorang ayah yg tidak bertanggung jawab, engkau seorang suami yg suka bentak-bentak istri, engkau adalah kepala keluarga yg suka memaki-maki anakmu dengan kata-kata yg tidak terkendali. Engkau adalah orang yg tidak bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu dagingmu.

Meskipun engkau sudah 30 tahun menjadi majelis, ataupun engkau sudah 15 tahun menjadi orang Kristen, saya beri nama bahwa engkau kanak-kanak dalam iman. Karena
kedewasaan iman tampak dalam pengendalian diri. Kristus mengendalikan diriNYA. Di masa yg sukar ini, Yesus masih bisa berkata,"Hai teman, untuk itukah Engkau datang?" Mungkin engkau adalah orang yg suka marah dan cepat tersinggung. Hari ini Tuhan ingin menjamah hidup saudara. Masalah-masalah yg ada di dalam diri anda bukanlah sesuatu yg harus dihindari, tetapi jadikanlah teman, sehingga anda dapat hidup lebih dekat dengan Tuhan.

Doa:
Bapa terima kasih untuk saat ini, buat anugrahMU, dalam Nama Tuhan Yesus, biarlah engkau jamah kami semua, bangkitkan iman kami, sehingga kami bisa menghadapi setiap pergumulan, terima kasih Bapa, di dalam Nama Yesus kami berdoa, haleluya, amin!

Monday, November 8, 2010

162. Jadilah seperti yang Kau kehendaki - Matius 26:36-46

SaudaraKu yg kekasih dalam Tuhan, Yesus sendiri yg adalah Tuhan di atas segala Tuhan, Raja di atas segala Raja, Dia sendiri berkata,"Bapa biar bukanlah kehendaKU yg jadi, tetapi kehendakMUlah yg terjadi." Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, kadang kala doa kita tidak memiliki kuasa sama sekali, karena seringkali kita berkata, "Tuhan, janganlah kehendakMU yg jadi, tetapi kehendakulah yg jadi!"

Kita kadang kala ngotot untuk apa yg kita kehendaki, sepertinya jika Allah tidak menjawab doa kita. Allah itu engga baik, Allah itu engga mengerjakan mujijat buat kita, kita anggap Allah itu engga bertanggung jawab atas kehidupan kita. Sehingga kita tetap ngotot sama Allah. Misalnya: Di Alkitab di tulis bahwa gelap dan terang tidak dapat menjadi satu, tetapi tetap kita paksakan, kalau bisa kita kawin lari, buat segala cara, kalau bisa kita nipu sana sini, buat surat keterangan palsu, yg penting bisa menikah. Tetapi kemudian, ketika pernikahan di dalam bahaya, masalah dan tantangan yg berat, kita marah lagi sama Tuhan dan berkata,"Kenapa, kenapa Tuhan ijinkan semua ini terjadi?"

Tuhan akan menatap sambil berkata,"dari pertama Aku telah coba menggagalkannya, tetapi engkau terus coba dengan segala cara." Sekarang, setelah semuanya hancur dan dalam keadaan mengecewakan, baru engkau berteriak kepada-KU." Tetapi, hari ini saya ingatkan bahwa doa yg berkuasa adalah doa yg didasari,"Tuhan, biar bukan kehendakku yg jadi, melainkan kehendakMUlah yg jadi." Di dalam Matius 26:
36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya:"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." 37Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 38Lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." 39Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." 40Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus:"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 41Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:roh memang penurut, tetapi daging lemah."42Lalu ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 43Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 44Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 45Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:"Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 46Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, saudara bisa bayangkan penderitaan yg sangat berat bagi Yesus. Yesus tahu persis bahwa besok pagi adalah hari penyerahanNYA. Yesus tahu persis bahwa besok pagi, Yesus akan naik ke atas kayu salib untuk mencurahkan darahNYA, dan bukan itu saja, Yesus berkata, "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tetapi yg paling menakutkan bagi Yesus adalah, ketika Bapa harus memalingkan wajahNYA. Saudara bisa bayangkan bahwa yg paling menakutkan buat Yesus adalah ketika Yesus harus terpisah dari BapaNYA, akibat dosa manusia.

SaudaraKU yg kekasih dalam Tuhan, dalam situasi seperti itu, Yesus engga sanggup menghadapiNYA sendiri. Oleh karena itulah IA mengajak murid-muridNYA yg lain, untuk mendoakanNYA, mendukungNYA dalam doa. Dia berkata, Di sini akan ada peperangan rohani, Yesus meminta kepada murid-muridNYA untuk berdoa dan menopangNYA, berjaga-jaga. Bapa, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku. Yesus ingin, agar peristiwa tersebut dapat berlalu daripadaNYA, biarlah kejadian itu tidak perlu terjadi, karena dosa manusia yg memisahkan Yesus dengan BapaNYA. Tetapi kata Yesus, biar bukan kehendaKU yg jadi, melainkan kehendakMUlah yg jadi. Dalam perjuanganNYA yg berat, bahkan Alkitab berkata bahkan keringatNYA mengalir bercampur dengan darah, kenapa?

Karena pembuluh urat nadi balikNYA pecah akibat tekanan serta perjuangan yang berat dalam doaNYA itu, tetapi, saudaraku apa yg terjadi? Setelah IA kembali dari berdoa dan menjumpai murid-muridNYA, yg Yesus jumpai justru sebaliknya, murid-muridNYA bukan sedang berdoa, tetapi mereka sedang tidur. Saudara bisa bayangkan, bahwa ketika saudara sedang menghadapi tantangan, percobaan, tetapi orang yg saudara percayai dan andalkan untuk mendukung saudara, tiba-tiba mereka tertidur. Saudara bisa marah dan bilang,"Buat apa saya ajak kamu, kalaulah akhirnya kamu tertidur di sini." Tetapi saudaraku, dengan tenang, Yesus berkata,"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Yesus berdoa dan berkata untuk berjaga-jaga untuk kepentingan mereka sendiri, karena iblis memang sedang mengintai, merampas dan mencerai beraikan kamu. Tetapi, kuatkanlah hatimu, ayo berdoa bersama-sama, Yesus berdoa lagi, Yesus berdoa lagi. Dan saudaraku yg kekasih, Yesus tetap ada dalam pernyataan iman, jadilah sesuai dengan kehendakMU. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, seringkali, doa seperti ini tidak mudah. Misalkan: Ada orang yg berhutang 50 juta, bisa engga kita berkata, Tuhan, biar bukan kehendakku yg jadi, tetapi kehendakMUlah yg jadi. Kalaulah ia tidak membayar hutang saudara, Tuhan akan pakai 1001 cara untuk memberkati saudara lebih dari hutang tersebut. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan seringkali kita kesel, jengkel, marah sehingga menghalalkan segala cara agar semuanya yg kita inginkan itu terjadi.

Kita banyak mendengar pengajaran saat-saat ini, yaitu: imani-imani, maka semuanya akan terkabul. Saudaraku, Allah bukanlah hamba kita yang bisa kita perintah untuk mendapatkan apa yg kita mau, dan seenak kita. Ada beberapa hal yg menarik yg dapat kita ambil dari doa Yesus:

1. Itu adalah bukti ketaatan mutlak seorang hamba
Yesus sedang membuktikan bahwa kehadiranNYA di muka bumi adalah sebagai Allah yg menjadi sama dengan manusia, tetapi IA mengambil rupa seorang hamba. Sebagai hamba, IA taat mutlak, walaupun IA tahu bahwa darah akan mengalir dan tubuhNYA akan dihancurkan. Tetapi dalam ketaatan mutlak seorang hamba Yesus dapat berkata,"janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Ada masanya di mana kita menghadapi tantangan-tantangan besar, situasi-situasi yg sukar. Biarlah kita semua mempunyai tekad yg sama, setiap kita punya pengakuan iman yg sama, bersedia berkata,"Bapa, aku ingin menjadi hamba yg setia, bukanlah kehendakku yg jadi, tetapi kehendakMUlah yg jadi."

2. Itu adalah tanda kesadaran akan ketidak mengertian kita
Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, sering kali persoalan kita sebagai manusia adalah, bahwa seringkali kita itu sok tahu. Pedahal ada banyak hal yg kita engga tahu, tetapi kita sok tahu, kenapa? Karena kita engga berdoa, kita pikir kita mampu, kita pikir kita bisa. Beranilah untuk jujur dan terbuka dengan pasangan saudara. Seringkali kita menyembunyikan sesuatu dan takut pasangan kita akan marah.

Tetapi, seringkali kita juga bertindak gegabah dan berkata,"Ah...aku bisa mengatasinya sendiri." Bila kita berani berdoa, "Biar kehendakMU yg jadi, bukan kehendakku." Itu adalah pengakuan bahwa kita memiliki banyak kekurangan dan banyak hal yg kita tidak mengerti.

3.Adalah tanda bahwa apa yg Bapa sediakan adalah sesuatu yg terbaik bagi kita
Lepas saya mengerti atau tidak mengerti, tetapi apa yg Tuhan sediakan buat kita adalah yg terbaik. Bisa engga kita mengucap syukur, banyak hal-hal yg belum kita mengerti, tetapi semuanya itu baik, haleluya!

Doa:
Bapa, terima kasih untuk saat ini, terima kasih untuk anugrahMU, hamba berdoa untuk pendengar sekalian, di dalam Nama Yesus, mereka yg sakit, mereka yg berbeban berat dan mengalami masa-masa yg sukar, biarlah kami belajar dari doa Yesus ini, bukanlah kehendakku yg jadi, tetapi kehendakMUlah yg jadi. Di dalam Nama Yesus kami berdoa, amin!

Life Changing Decisions

Life Changing Decisions

"Choose for yourselves this day whom you will serve, whether the gods which your fathers served that were on the other side of the River, or the gods of the Amorites, in whose land you dwell. But as for me and my house, we will serve the LORD."
Joshua 24:15, NKJ

Every day we make hundreds of choices. We choose what to wear - what to eat - how to spend our time. From time to time we make more significant decisions - what car to buy - where to live - what job to apply for - who to marry. Some of the decisions we make are life changing decisions.

Our decision to become a Christian is one of those life changing decisions. To live our lives as a Christian totally committed to Him, irrespective of the cost, is another of those life changing decisions. Joshua verbalised it this way: ‘as for me and my house, we will serve the Lord’. As we follow Jesus we will be challenged to make decisions that become life changing even though we don’t always recognise this at the time. On a course a young lady shared the following testimony: ‘I have made many wrong decisions in my life but signing up to do the Modular School was the best decision I have ever made. It has been life changing.’

Perhaps you have reached a major crossroad in your life. Perhaps you are facing a difficult decision which will affect your life in a major way. Ask yourself what would some of the great figures in the Bible do if faced with the same situation? What would Joshua have done? What would the Apostle Paul have done? Even more importantly what would Jesus do? As you put God first and honour Him, even in the most difficult of decisions, you will find His peace and enter into His destiny for your life.

Prayer: Lord Jesus, help me today to know what you would do in each situation that I face. Give me the courage to make the decision that you would make irrespective of the cost. In Jesus, Amen.
Today's Writer : Paul Griffin Paul Griffin is a member of the Executive Leadership of Ellel and serves as the Trust Secretary. He spent 20 years working as a chemical engineer for an oil company in South Africa, the Middle East and Japan prior to going to Bible College. Paul and his wife Liz have been involved with Ellel since 1991 and are authors of the books ‘Anger …How do you Handle it?’ and ‘Hope and Healing for the Abused.’

Truth - the Doorway to Healing

Truth - the Doorway to Healing

"O Jehovah, who shall dwell in Your tabernacle? Who shall live in Your
holy mountain? He who walks uprightly and works righteousness, and speaks the truth in his heart."
Psalm 15:1, 2, LITV

We are passionate in Ellel Ministries in seeking the restoration of damaged lives through the healing ministry of Jesus. The Bible is full of advice on how to get right with God and discover the reality of His promises to redeem us and to heal us. The most powerful principle in this process is that of receiving forgiveness, the pardon of God, through Jesus Christ, that releases us from the enemy’s ability to promote his destruction of our lives.

However, undergirding this amazing principle of God’s grace is the absolute need for each one of us to make the choice of walking fully in the truth. Jesus pointedly calls the devil ‘the father of lies’ (John 8:44), making it clear that Satan has spiritual authority wherever there is unreality or indeed any issue kept in the dark.

The world strongly promotes the belief that lies are only a problem if you get found out. By contrast, the Bible makes it clear that it’s the lack of truth itself that separates us from God and from the covenant of peace that He has made with us. Jesus not only knew truth and spoke truth, He was and is Truth. If we actively seek Him, we will inevitably discover more and more truth about God and about ourselves.

Many times in my own journey of healing and in praying for others I have seen the breakthrough come when truth has been revealed, acknowledged and spoken out loud, in agreement with God. The enemy fights hard to keep things in the dark because he knows that when the light of truth comes he will lose significant ground. Let’s make a choice to walk in more truth today.

Prayer: Father God, thank You for the absolute ‘Truth’, which is Jesus. Please give me the courage, through Him, to seek and speak truth today and to open a new doorway for Your healing touch in my life.

Today's Writer : David Cross David Cross is now the Western Europe Director of Ellel Ministries. He trained as an engineer, built bridges in Hong Kong and ran a ski school in Scotland before he and his wife Denise joined Ellel Ministries in 1993. His recent books on Soul-Ties and Covering are already best-sellers.

My Greatest Aim

My Greatest Aim

"And we have known and believed the love that God has for us. God is love, and he who abides in love abides in God, and God in him. We love him, because he first loved us;"
1 John 4:16 & 19, LB

What’s the driving force in your life? I took a step back the other day, as I wanted
to discover the answer to this question. I knew what the answer should be but I wanted to be honest with myself and with God. I asked myself these questions.

‘What makes me do the things that I do? What results am I hoping to achieve?
Who benefits from those things? What is my goal? What does God say about it?
How can I get it all right and what is the best way to live my life?’

As a Christian I’m not immune from wrong motives - I could still be driven by ambition, popularity or success, wanting the latest technology available or striving for a high position in business or even for a particular relationship. I know that love for God may be the very reason why I embark on various goals but it’s always good to watch that my motives stay pure.

The apostle Paul says ‘Let love be your greatest aim’ (1 Corinthians 14:1), and I know that love should be the driving force in my life, but how can I connect it to all the other things that want to be in the driving seat? Sometimes, it seems, there’s just the need for ‘survival’, keeping fit and healthy and all the things that go with it, or keeping a secure and comfortable place to live. Then there are the other things; maintaining good contact with family and friends, doing things to please them, enjoying recreation and pleasure, being part of the Body of Christ, filling up my basket with the good things from the Lord to share with others, and travelling and labouring in the work of the Lord.

Before I do anything, I must get my heart attuned to God, and let His Holy Spirit flow
from His heart to mine, allowing Him to reveal His deep love to me, and follow His every word - His love’s instructions.

Prayer: Dear Lord, May the driving force in my life be in response to the love that was given to me at Calvary. May the things that I do bring glory to You. Help me to make love my greatest aim whatever project I embark on. In Jesus’ Name. Amen.

Today's Writer : Pam Smith Pam Smith has a background in art and nursing, has a son and two daughters and a 'ministry to grandchildren.' She has been a friend and helper of Ellel Ministries since l992, and is involved with Healing Through Creativity Courses. As writer of the Shepherd Love Series, she has a passion for the comfort and encouragement that leads people towards enjoying abundant Life in Jesus.

Faithful God

The Lord is faithful to all his promises, and loving towards all He has made."
Psalm 145:13, NIV

This is a breathtaking statement! When we consider the many promises given in His word to mankind, to Israel, to various nations and groups of people, to the Church, and to individuals, it`s staggering to think that not one of them will end up forgotten or ever be revoked.

There are many people who can testify to the truth of this statement. Moses testified to heavens and earth `He is the Rock, His works are perfect… a faithful God who does no wrong…` after a hundred and twenty years of walking with the Lord in very challenging, changing and gruelling circumstances (Deuteronomy 32:4). And the author of Hebrews says `…He who promised is faithful` (Hebrews 10:23).

The faithlessness of His people, their sins, their falling away and walking astray have never changed His heart. He`s as faithful as ever. He was faithful to David when David fled for his life. He was faithful to the three men in the fiery furnace. He was faithful to the frightened disciples in a shaky boat on a stormy sea. And He was faithful to the ten lepers believing His word that they would be healed. And He`s faithful to you.

Your situation today is probably unique. No one has ever been in exactly the same circumstances, faced your situation, been tested like you, or had the opportunities you have today. But what you`re meeting today doesn`t take God by surprise. This day of your life was written in His book long ago. He prepared, ahead of time, the works which you can choose to do today. Whatever you`ll come up against today – remember your God is faithful to all His promises. You needn`t worry, but you need to learn to trust Him.

How can He be so faithful, in spite of what we are and what we`ve done? The answer is simple, and staggering. `The Lord is loving towards all He has made`. He loves you. That`s the only reason - and that`s enough!

Prayer: Thank you Lord for your unchanging love, that I can depend on you in all circumstances and can trust your wonderful promises. In Jesus` name. Amen.

Today's Writer : Goran Andersson Goran Andersson , together with his wife Roswitha, worked as missionaries in Japan from 1967 – 1985. They then pastored a church before moving to Kåfalla Herrgård, Sweden where Goran became Director. They have worked with Ellel Ministries since 2004 and are the Ellel Representatives in Sweden.

Unchanging Love

Unchanging Love

“Assuredly, I say to you, today you will be with Me in Paradise.”
Luke 23: 43, NKJ

Many of us find it difficult to allow God to accept us as we are. We believe that we are not good enough to come into His presence and do our very best to make ourselves better. This is often because we have received conditional love from our parents – “If you are a good boy/girl we will give you a special treat”, or words to that effect, or through our lives have discovered that in order to gain rewards we have to strive to be the best. We feel ashamed of our behaviour, our constant struggles with sin and our failure to live up to the high standards we set ourselves, or that we believe God sets for us.

What we fail to understand and believe deep in our hearts is that God`s love for us is unconditional. He loves us no matter who we are or what we have done, and nothing we do will make Him love us any more or less than He does already. We may have grieved Him, but it will not alter the fact that He loves us. He cannot change because that is His nature. Yes, He is a holy God and He hates sin, but He loves the sinner.

When Jesus was hanging on the cross, one of the thieves hanging beside Him recognised Him as the sinless Son of God and asked Jesus to remember him when He went to glory. (Luke 23: 43). Jesus` reply was “Today you will be with Me in Paradise”, not “You haven`t been good enough so you can`t come in.” No matter what that man had done during his life time, the fact that he recognised Jesus for Who He was, was enough. That thief became the first person to be saved through the shed blood of the Saviour!

In the parable that Jesus tells about the labourers in the vineyard who come at different times of the day to work (Matthew 20: 1 – 26), those who began work at the last possible moment received the same payment as those who began early in the day. God is not so worried about what we do for Him as He is about the relationship we have with Him. He loves us with unchangeable and unchanging love and simply longs for us to come to Him exactly as we are – then He can begin making the changes in our lives without our striving to do so ourselves.

Prayer: Dearest Father, Thank You for Your wonderful unchanging love, love which accepts me exactly as I am, not as I want to be. You know how you want me to be. Please help me to allow You to work in me so that I become the person You originally planned. In Jesus` name, I ask it, Amen.

Today's Writer : Angela Weir Angela Weir has been associated with Ellel Ministries from the very beginning, first as an associate member of the ministry team and later as an associate teacher. She trained as an actress and after her marriage and move to Cumbria, taught drama in a girls’ school.

I wish I’d taken notes!

I wish I’d taken notes!

"But the Counsellor, the Holy Spirit, whom the Father will send in my name, will teach you all things and will remind you of everything I have said to you."
John 14:26, NIV

Have you ever had the experience of being alongside someone in a supporting role, but then finding out that the buck now stops with you? That’s normally the moment where you wish you’d taken detailed notes on what the other person did.

Imagine how the disciples felt. They had the incredible adventure of walking with Jesus for three years and seeing him perform one amazing miracle after another. Then the bomb drops and they realize that Jesus is going back to heaven, leaving them in charge. Can you imagine the scene of panic as they all look at each other hoping that someone in the group took good notes of all that Jesus said! I imagine all eyes on Doctor Luke.

What comfort Jesus’ words must have been in John 14 where it says that the fullness of God would come to them through the Holy Spirit who would not only teach them all things, but would even remind them of everything Jesus had said to them.

It’s easy for us to feel jealous of the disciples because they got to live, walk and listen to Jesus for three years but the fact is that the very same Holy Spirit that reminded them of all the things Jesus told them is living within you.

Don’t worry about how great your memory is. Don’t get stressed if you don’t remember every helpful piece of advice or great point from a sermon. Be comforted by the fact that the Holy Spirit of God is living within you and is wanting to converse with you in the same way that Jesus did with His disciples on a day-by-day, minute-by-minute basis.

Prayer: Thank you Lord for the gift of your Holy Spirit. Help me to trust that He will remind me of the things that are important, as I learn to listen to His voice in my daily walk with You. In Jesus Name, Amen.

Today's Writer : Andy Taylor Andy Taylor is the Director of Ellel Ministries USA and is a member of the Executive Leadership of Ellel Ministries. He joined the team in 1991 and has served the Lord at Ellel Ministries' Centres in the UK, Australia and now the USA. Andy is married to Cath and they have three boys.

Wednesday, November 3, 2010

Life by the Spirit

Life by the Spirit

"You, however, are controlled not by the sinful nature but by the Spirit, if the Spirit of God lives in you. And if anyone does not have the Spirit of Christ, he does not belong to Christ. But if Christ is in you, your body is dead because of sin, yet your spirit is alive because of righteousness."
Romans 8:9-10, NIV

Jesus` selection of His close disciples could have been disapproved of by everyone living in His day. Pharisees had disciples who followed them and these people were often well acquainted with Scripture, they fasted and gave generous offerings to the temple. Such people were considered to be suitable disciples. Disciples were called by a Rabbi and they would follow him, the one who had called them.

But Jesus didn`t follow the traditional protocol of the day. Instead, He chose those who were unlikely candidates for discipleship. Among them were fishermen, a tax collector, a doubting man and a betrayer! It`s obvious that He wasn`t looking at their outward appearance, but at their hearts.

These men didn`t even know how to pray, for Luke tells us `One day Jesus was praying in a certain place. When he finished, one of his disciples said to him, “Lord, teach us to pray, just as John taught his disciples” (Luke 11:1). Nor did they keep to the traditions of the Pharisees `So the Pharisees and teachers of the law asked Jesus, "Why don`t your disciples live according to the tradition of the elders instead of eating their food with `unclean` hands?" (Mark 7:5). Jesus selected imperfect men, who were unqualified in every way, and taught them how to be His disciples. But He didn`t just make them His disciples. He also made them His friends.

One day He taught them that they need `a helper`. They were to follow this helper, the Holy Spirit, and listen to Him. The Holy Spirit, who was promised, was given to them on the day of Pentecost. Their lives were transformed and they no longer did anything in their own power or strength!

Good works can be done by anybody, but righteous living is beyond good works. It`s living to please God, following His will, and obeying Him. You can`t do this by strength of mind and flesh, nor good works. It`s only by the Holy Spirit.

Paul clearly shows us that our lives should be controlled by the Spirit of God who indwells us. It`s the Spirit who enables us to live righteous lives that are pleasing to God. We can let the Holy Spirit control our lives and produce fruit, as the disciples did after Pentecost. They were able to declare the Word of God boldly and to perform miracles.

Prayer: Lord teach me to follow Your Holy Spirit and to live to please You, not just by works but by total reliance on Your Spirit. Thank You for Your Salvation and the gift of `The Helper`, Your Spirit. Amen.
Today's Writer : Joan Rono Joan Rono was on the young people’s team in the year 2008-2009. She is now working as a Youth Pastor at Ellel Grange, UK. She worked in full time ministry in her church in Kenya before she joined the YPT last year, in obedience to God’s call in her life. She has a passion to see the young people walk in purity and holiness.

Tuesday, November 2, 2010

161. Mulut dan hati yang berbeda - Matius 26:30-35

Tahukah saudara bahwa ketulusan dimulai dari mulut dan hati yang sama. Karena, bila kita memiliki mulut dan hati yg sama, maka hidup kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Tetapi sebaliknya, kemunafikan, itu berarti bahwa mulut dan hati berbeda. Dunia akhir-akhir ini dipenuhi oleh orang-orang yg memiliki mulut dan hati yg berbeda. Orang bisa saja terlibat dengan pelayanan, tetapi memiliki mulut dan hati yg berbeda.

Orang bisa saja menjadi seorang istri dan suami, tetapi memiliki mulut dan hati yg berbeda. Bisa saja seorang pimpinan, ataupun anak buah di kantor, tetapi memiliki teman, pasangan yg mempunyai hati dan mulut yg berbeda, adalah merupakan sebuah penderitaan. Kita lihat cerita mengenai penyangkalan Petrus terhadap Yesus, di dalam Matius 26:
30Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. 31Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. 32Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." 33Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." 34Yesus berkata kepadanya:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok engkau telah menyangkal Aku tiga kali." 35Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.

Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, bila cerita itu berakhir pada ayat yg ke-35, kita akan melihat bahwa Petrus adalah murid yg sangat hebat dan luar biasa. Karena pada ayat yg ke35 Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal engkau." Dengan lain kata, Yesus berkata,"Guru, kalaupun aku harus mati bersama-sama dengan engkau, aku akan berbuat apa saja bagi Engkau. Tetapi, pada kenyataannya sangat berbeda dengan kata-kata Petrus. Karena pada akhirnya, Petrus menyangkal Yesus sampai 3 kali.

Nah, ini yg saya bilang,"Mulut dan hati berbeda." Suami seringkali bilang pada istrinya,"aku sayang engkau." Tetapi, pada saat yg sama, kalimat yg sama juga ia ucapkan pada wanita yg lain. Sang kekasih bilang pada pacarnya saat mereka belum menikah,"Oh..kalau kita jadi menikah, saya tidak akan pernah membiarkan 1 tetes air matapun tumpah karena penderitaan, aku akan membuat engkau bahagia." Tetapi, pada kenyataannya, seringkali berbeda." Ini yg saya bilang,"bahwa pada kenyataannya, mulut dan hati berbeda."

Dari ayat-ayat di atas ada beberapa hal yg dapat kita pelajari:

1. Mulut dan hati Petrus berbeda, karena ia tidak menyadari siapa Yesus
Mungkin saudara berkata,"Pak pendeta, bukankah Petrus pernah berkata kepada Yesus,"Bahwa Engkaulah Mesias Anak Allah yg hidup." Sebelum Petrus dipenuhi oleh Roh Kudus. Dan Yesus berkata,"di atas batu karang ini engkau akan mendirikan jemaatmu. Nah, arti dari batu karang ini adalah pernyataan dan perkataan Petrus dan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias.

Tetapi, pada kenyataanya, hati Petrus berbeda. Karena semuanya dipenuhi dengan tanda tanya. Pada saat Yesus naik ke Sorga, Petrus pernah bertanya,:"Kapan Engkau akan memulihkan Kerajaan bagi Israel." Nah, di dalam pikiran Petrus saat itu, tetap bahwa Yesus adalah seorang Raja yg akan memulihkan Israel secara geografis. Yesus dianggap Petrus sebagai pembebas yang akan membebaskan umat Allah, dari tekanan dan penjajahan Romawi. Nsh, Petrus tidak menyadari bahwa Yesus boleh disalib, tetapi Yesus tetaplah Tuhan.

Gereja boleh diejek, dibakar, orang percaya boleh ditekan, tetapi Yesus Kristus tetaplah Tuhan. Oleh karena itu saya ulangi bahwa mulut dan hati kita berbeda. Oleh karena itulah kita seringkali hidup munafik, kita seringkali menghalalkan segala cara, kalau perlu kita menjadi penjilat dan menjadi ular berkepala dua, mengadu domba. Tetapi, bila kita menyadari bahwa siapa itu Yesus. Sekalipun kita goncang, kita akan tetap bertahan dan berjalalan dalam Kebenaran, meskipun harus dibayar dengan harga yg mahal. Jadi, Petrus tidak menyadari siapa itu Yesus, Petrus tidak menyadari Kuasa Yesus, bahwa Yesus yg dianiaya dan disalib itu akan bangkit dari kematian, dan Yesus adalah Tuhan.

2. Petrus memiliki hati dan mulut yg berbeda, karena ia takut
Ketakutan adalah suasana yg paling menyenangkan bagi setan. Karena, di mana setan melihat ketakutan, di situ ia akan melakukan penyerangan, kenapa? Karena, di mana ada ketakutan, di situ tidak ada iman. Tetapi, di mana ada iman, di saat yg bersamaan, ketakutan lenyap. Sebenarnya Petrus tidak mau menyangkal Yesus, tetapi karena ia takut kepada orang banyak. Karena, bila ia bilang bahwa ia muridNYA, maka iapun akan mengalami apa yg sedang dialami Yesus.

Karena ketakutan inilah, Petrus memiliki hati dan mulut yg berbeda, sehingga ia rela menyangkal Yesus. Oleh karena itulah, hidup Kristen adalah hidup yg tidak perlu diliputi perasaan takut, meskipun hidup kita penuh dengan pergumulan. Tetapi ingat, bahwa Allah turut bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan, jadi tidak ada sesuatupun yg terjadi di luar rencana Allah. Karena Allah sedang merancangkan sesuatu untuk kebaikan kita.

3. Petrus memiliki hati dan mulut yg berbeda, karena ia ingin mendapat pujian
Saat Yesus bilang bahwa semua akan tergoncang imannya karena Aku. Mungkin saat itu Petrus berdiri dan berkata dengan beraninya, "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal engkau." Semua murid saat itu akan melihat Petrus, mungkin murid yg lain akan menggeleng-gelengkan kepala, dan berpikir,"wah, Petrus memang murid yg luar biasa." Petrus mungkin akan mengharapkan bahwa murid-murid yg lain akan berkata,"Petrus, Petrus, engkau memang murid yg luar biasa!" Semua akan tergoncang, tetapi engkau dengan imammu engkau tetap goyah dan berdiri tegak! Jadi, yg Petrus cari adalah suatu pujian.

Saya kuatir bahwa dunia ini telah menjadi lembah. Setiap orang hanya mencari pujian, nama, kehormatan dan harga dirinya masing-masing. Tanpa mereka sadari bahwa segala pujian, kehormatan perlu kita kembalikan kepada Tuhan. Sebab hanya Dialah yg layak untuk menerima segala sesuatunya. Saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, di akhir jaman ini. Tuhan sedang mencari orang-orang yg hatinya tulus. Tuhan sedang mencari orang-orang yg memiliki hati dan mulut yg tetap sama. Nah, saudaraku yg kekasih dalam Tuhan, bila mulut dan hati kita berbeda, maka kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Tetapi bila mulut dan hati kita sepakat, sejalan dan dikontrol secara Ilahi. Maka saya percaya bahwa Kemuliaan dan Kuasa Tuhan akan tampak dalam hidup saudara. Hari ini saya ingatkan, hai suami-suami, biarlah mulut dan hatimu sama. Kalaulah engkau mengasihi Tuhan, biarlah engkau sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Bila engkau berkata mengasihi istrimu, biarlah engkaupun bertanggung jawab. Sebaliknya, bila engkau berbicara yg manis terhadap istrimu, janganlah engkau mengelabuinya. Biarlah hari ini kita berkomitmen bahwa saya ingin menjadi orang yg tulus, bukan menjadi orang yg munafik, mulut dan perkataan saya harus tetap bersih di manapun engkau berada, sehingga Kemuliaan Tuhan nampak.

Doa:
Bapa, terima kasih buat anugrah Tuhan. Kalaulah selama ini kami hidup sebagai penjilat, penghianat, hidup dengan tidak jujur, Bapa, dalam Nama Yesus Tuhan jamah kami, sehingga mulai hari ini hidup kami dipulihkan dan dikuatkan, kami berjalan dalam Ketulusan dan Kasih Kristus, di dalam Nama Yesus kami berdoa, haleluya, amin!