Friday, May 23, 2008

Kasih & Pengampunan (Mat 5:38-48)

38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yg berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yg menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu 40 Dan kepada orang yg hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlan juga jubahmu. 41 Dan siapapun yg memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 42 Berilah kepada orang yg meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yg mau meminjam dari padamu.43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yg menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak. Bapamu yg di sorga, yg menerbitkan matahari bagi orang yg jahat dan orang yg baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yg tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang orang yg mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yg tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yg di sorga adalah sempurna

Ayat 38-42 merupakan satu alinea, satu pokok pikiran. Ayat 42-48 merupakan alinea baru yg menjawab mengapa kita harus melakukan apa yg dikatakan oleh Yesus dalam ayat 38-42. Ayat 38 mengatakan; "Kamu telah mendengar Firman", ini bisa berarti pengajaran murni dari Alkitab atau pengajaran dari para rabi Yahudi. (Bandingkan Ayat 38 dengan Kel 21:24; Im 24:20; Ul 19:21). Kalau kita membaca : " mata ganti mata, gigi ganti gigi..." kesan yg kita dapat adalah kejam, tidak punya belas kasihan dan pengampunan. Bandingkan dengan sejarah Israel di masa lalu dan sekarang. Ucapan ini ternyata tercermin dalam masyarakat Israel maupun orang-orang Arab sampai zaman sekarang, terjadi balas-membalas yg tiada habisnya.

Kalau kita membaca Firman Tuhan hendaklah kita harus menyelidikinya dengan teliti. Kalau kita simak Keluaran pasal 21 ternyata ini merupakan peraturan-peraturan yg diberikan Tuhan kepada para pemimpin Israel untuk menegakkan keadilan di antara orang-orang Israel supaya tidak terjadi kekacauan , anarki, perang antar suku, dsb. Jadi ini adalah hak dari pemerintah yg menjadi hukum untuk mengatur keadilan bagi suatu bangsa. Roma 13:1-2, 4 mengatakan bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan kemarahan Allah atas mereka yg berbuat jahat! Jadi sebenarnya yg dimaksud dengan firman "mata ganti mata, dst" adalah peraturan/hukum yg diberikan oleh suatu pemerintah untuk menegakkan keadilan bagi rakyatnya.

Ayat 39 mengatakan supaya kita jangan melawan orang yg berbuat jahat bahkan kalau ditampar pipi kanan hendaklah kita memberikan pipi kiri kita. Sepertinya ayat ini tidak masuk akal. Masakah Allah mengajarkan kita untuk pasrah saja, diam saja ketika berhadapan dengan orang jahat? Yang dimaksud dengan ayat ini bukanlah supaya kita pasrah saja menghadapi kejahatan. Yak 4:7 mengatakan supaya kita tunduk kepada Allah tetapi melawan si Iblis. Ef 6:18 juga mengajarkan supaya kita melawan kejahatan. Jadi yg dimaksud di sini adalah janganlah mendendam karena dijahati oleh orang lain. Janganlah suka membalas perbuatan jahat orang lain. Menampar pipi kanan berarti menampar dengan punggung tangan. Hal ini merupakan penghinaan bagi orang Yahudi. Bahkan ketika kita dihina oleh orang lain janganlah mendendam karena dendam itu tidak baik. Anak Tuhan hendaklah belajar untuk memiliki kasih Kristus, memiliki pengampunan terhadap orang-orang yg bersalah kepada kita. Bukankah Yesus juga mengajar kita untuk berdoa mohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan kita seperti kita juga mengampuni orang-orang yg bersalah kepada kita? (Mat 6:12)

Ayat 40: Pada zaman Yesus, kalau orang yg tidak mampu suka menggadaikan bajunya sebagai jaminan atas hutangnya. Tetapi jarang yg mau menggadaikan jubahnya karena jubah adalah sebuah primer bagi orang Yahudi pada zaman itu. Jubah dipakai untuk melindungi tubuh dari teriknya matahari di siang hari dan melindungi tubuh dari dinginnya angin gurun di malam hari. Arti dari ayat ini adalah untuk mengajar kita belajar untuk mengalah kepada orang lain.

Ayat 41 merupakan suatu kebiasaan yg terjadi pada zaman itu. Biasanya merupakan suatu paksaan yg dilakukan oleh tentara Roma terhadap orang Yahudi untuk melakukan suatu pekerjaan (Bandingkan Mat 27:32). Orang sering melakukan suatu pekerjaan, tindakan karena terpaksa. Setiap orang yg melakukan sesuatu karena terpaksa biasanya menghasilkan hal-hal yg negatif, mematikan kreativitas; tidak ada suka cita, yg ada hanyalah perasa19:18 an tertekan dan kedukaan. Sebaliknya kalau orang yg berpikir positif melakukan apa saja yg semula terpaksa akan menghasilkan hal-hal yg positif untuk dirinya maupun untuk orang lain. Ayat 41-42 ingin mengajarkan kita supaya janganlah memikirkan diri sendiri, hanya mau melakukan hal-hal yg kita sukai saja. Padahal sebenarnya kita juga bisa melayani orang lain meskipun terkadang kita tidak menyukai hal itu. 1 Kor 10:31 mengatakan supaya kalau kita melakukan sesuatu hendaklah itu dilakukan untuk memuliakan Tuhan. Suka atau tidak suka kita harus belajar untuk melayani sesama kita.

Ayat 43 merupakan tafsiran dari para rabi Yahudi padahal aslinya tidak begitu. Imamat 19:18 mengatakan suapay janganlah kita menuntu balas, janganlah dendam dan hendaklah kita mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Ayat 44 yg mengatakan supaya kita mengasihi musuh kita sepertinya tidak realistis. Secara natural kita mengasihi orang yg mengasihi kita dan membenci orang yg tidak kita sukai. Terlebih lagi untuk mengasihi musuh kita. Sulit!!! Tetapi masalahnya Gal 5:23 mengatakan bahwa salah satu dari buah Roh Kudus adalah penguasaan diri. Kalau Roh Kudus ada di dalam diri kita maka seharusnya ada penguasaan diri sedemikian rupa, ada kesadaran untuk belajar mengampuni dan menerimanya. Ayat 44 ini juta mengajarkan kita berdoa untuk orang yg menjadi musuh kita. Mengapa? Allah bukan hanya meminta kita untuk mengampuni orang yg bersalah terhadap kita dan menerimanya. Tetapi selain itu kita juga harus mendoakan dia karena hanya Tuhanlah yg mampu mengubah manusia. Kita percaya Tuhanlah yg menciptakan manusia. Sebagai yg membuat manusia hanya Tuhan yg mampu untuk mengubah dan membentuknya. Hal ini ingin mengingatkan kita untuk selalu menyertai Tuhan dalam segala perbuatan.

Ayat 45-48 ingin mengajarkan kita bahwa anak Tuhan harus serupa dengan Bapaknya. Zaman dulu orang tua sering berpesan supaya hendaklah setiap keturunan menjaga nama baik nenek moyang mereka. Jadi arti sempurna dalam ayat 48 ini bukan berarti kita harus sama seperti Tuhan seratus persen. Yang dimaksud dengan sempuran di sini adalah memiliki kedewasaan penuh, bukan seperti anak-anak lagi tetapi dewasa dalam pemikiran dan tindak tanduk kita. Kasih Tuhan seperti matahari yg bersinar untuk orang baik dan orang jahat. Jadi hendaklah kita jangan suka memilih-milih kalau hendak mengasihi atau melayani.

Kesimpulan:
Lewat perikop ini sebenarnya Firman Tuhan ingin mengajarkan kita untuk bersikap dewasa di dalam hidup. Dewasa, penuh penguasaan diri baik dalam hal melayani, mengasihi atau ketika melakukan apa saja. Perikop ini ingin mengajarkan kita untuk bercermin sudahkah kita bersikap dewasa atau masih kekanak-kanakan? (Bandingkan Ibrani 15:11-14). Sudahkan kita mencerminkan sifat dan karakter Allah di dalam kehidupan kita sehari-hari?

Tuesday, May 20, 2008

Jangan bersumpah palsu! (Mat 5:33-37)

33 Kamu telah mendengar pula yg difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. 34Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah. 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakiNYAataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar. 36 Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. 37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yg lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Pertanyaan:
1. Apakah orang Kristen boleh bersumpah?
2. Bagaimana dengan keharusan kita untuk bersumpah menurut hukum? Misalnya dalam pengadilan.
3. Mengapa kita sering bersumpah?

Para rabi Yahudi selalu menekankan pentingnya kebenaran. Menurut mereka dunia berdiri di atas tiga hal, yaitu: keadilan, kebenaran dan kedamaian. Untuk menekankan kebenaran mereka biasanya mengukuhkan perkataan mereka dengan sumpah. Pada zaman Tuhan Yesus ada 2 macam sumpah.
Yang pertama adalah sumpah yg tidak mengikat sehingga mereka bisa ingkar di kemudian hari. Dikatakan tidak mengikat karena sumpah ini tidak melibatkan Tuhan. Karena itu mereka bersumpah demi langit, demi bumi, demi Yerusalem, demi bait Suci dan hal-hal lain yg mereka anggap dapat menanggung atau menjamin kebenaran perkataan mereka.
Sumpah yg kedua adalah sumpah yg mengikat dengan melibatkan nama Tuhan. Jadi mereka bersumpah demi Allah yg hidup, demi Tuhan, dsb. Padahal tidak ada kehidupan di dalam dunia ini yg tidak melibatkan Tuhan. Karena kita percaya Tuhan selalu menyertai kita di dalam setiap aspek kehidupan kita. Karena itu di dalam ayat 34-36, Tuhan menasehati mereka untuk jangan suka berdusta dengan bersumpah demi segala macam. Menurut Tuhan, dengan bersumpah demi apapun semuanya sama, karena Allah mendengar segala apa yg mereka katakan.

Menurut Tuhan Yesus, jadi orang kita harus tegas, jangan plin-plan (ay.37). Kalau ya katakan ya kalau tidak katakan tidak . Selain daripada itu kata-kata kita biasanya selalu timbul dari keragu-raguan, ketidak tulusan dan kejahatan, yaitu berdusta. Jadi orang jangan suka ingkar janji. Kita harus belajar untuk menepati janji dan kata-kata yg kita ucapkan sehingga tanpa bersumpahpun orang-orang akan percaya kepada kita.

Allah sendiri bersumpah (Kej 22:16,17; bdk. Ibr 6:13-18). Kalau begitu mengapa Allah bersumpah? Allah bersumpah bukan untuk memperkuat ucapanNYA supaya dipercaya karena Ia bukannya manusia yg suka berdusta (Bil 23:19). Tetapi Allah bersumpah untuk meneguhkan iman percaya kita yg suka tidak percaya. Yesus sendiri memberi jawab di bawah sumpah untuk mengakui pernyataanNYA bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah (Mat 26:63).

Kita sering bersumpah karena kita berpikir bahwa kata-kata kita yg sederhana sering tidak dipercaya orang. Karena itu kita mencoba untuk meyakinkan kepercayaan orang dengan bersumpah.

Kesimpulan:
Apakah orang Kristen boleh bersumpah?
Kalau kita dihadapkan oleh keadaan seperti pengadilan negara kita wajib tunduk karena memang kita harus taat terhadap aturan pemerintah. Yesus sendiri tidak menolak ketika diriNYA diadili dibawah sumpah (Mat 26:33). Terkadang dalam hal-hal tertentu kita perlu untuk mengambil sumpah seseorang di dalam dunia yg belum menerima Kristus. Lewat perikop ini kita mengerti bahwa kita sebagai orang Kristen jangan suka bersumpah karena itu tidak perlu. Karenanya jadilah orang yg tulus hati, jangan suka berdusta. Jadi orang harus belajar tegas, jangan plin-plan sehingga kita dapat dipercaya orang.

Sunday, May 11, 2008

Tuntutan Allah tentang kekudusan & kesetiaan (Mat 5:27-32)

27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. 28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yg memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia dalam hatinya. Di dalam perikop ini, mula-mula Tuhan menyinggung firman tentang jangan berzinah. Kemudian Yesus memberikan komentar tentang mengapa orang bisa berzinah. Orang yg hatinya kotor selalu dapat melihat dan menemukan segala sesuatu untuk membangkitkan keinginan yg negatif.

29 Maka jika matamu yg kanan menyesatkan engkau, cungkilah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. 30 Dan jika tanganmu yg kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Di dalam ayat ini Tuhan menjelaskan mengapa orang bisa memiliki hati yg kotor. Semua ini dilukiskan dalam bahasa kiasan. Menurut Yesus segala sesuatu yg menjadi penyebab atau pembujuk dosa harus dibuang. Segala sesuatu yg menyebabkan kita tergoda oleh dosa harus secara tuntas kita singkirkan dari hidup kita. Beberapa hal yg menyebabkan hati kita kotor adalah seperti kebiasaan yg buruk seperti membaca dan menonton buku/film porno dan pergaulan yg salah merusak kebiasaan yg baik (1 Kor 15:33)

Ada 3 saran untuk membebaskan diri kita dari hal-hal yg salah ini:
1. Harus dengan tegas mengatakan tidak terhadap diri sendiri. Hendaklah kita mampu menguasai diri kita sendiri.
2. Dengan aktif mengisi hidup kita dengan pelayanan Kristen sehingga kita tidak mempunyai waktu luang untuk memikirkan hal-hal yang keliru.
3. Mengisi pikiran dengan hal-hal yg baik dan positif dengan firman Tuhan, buku-buku bacaan yg baik dan hiburan yg sehat.

Ayat 31-32 merupakan rangkuman dari Mat 19:1-12
Sebelum memulai membahas perikop ini, ada pertanyaan:
Bolehkan orang Kristen bercerai ?
Berbagai kasus perceraian:
1. Kalau salah satu pasangannya tiba-tiba sakit keras, kemudian menjadi cacat seumur hidup/gila.
2. Kalau partnernya mengancam jiwa pasangan yg lain bahkan anak-anak mereka.
3. Kalau partnernya mempunyai kelainan (suka menyiksa, menganiaya) partnernya.
4. Kalau pasangannya suka berzinah.
5. Kalau sebelum menjadi Kristen menikah dengan seorang duda/janda cerai. Bagaimana status mereka sekarang? Haruskah kembali kepada pasangan mula2?

Di dalam Mat 19:3, orang Farisi mengajukan pertanyaan; bolehkan orang bercerai dengan alasan apapun juga? Dalam ayat berikutnya Tuhan tidak menjawab dengan boleh atau tidak, tetapi Ia balik bertanya tentang apakah arti perkawinan menurut Firman Tuhan? Perkawinan merupakan suatu ikatan antara laki-laki dengan perempuan untuk menjadi satu bukan dua atau setengah. Perkawinan ini merupakan suatu ikatan yg dipersatukan oleh Allah.

Orang-orang Farisi kemudian bertanya pula, kalau begitu mengapa Musa memerintahkan membuat surat cerai jika orang menceraikan istrinya? Menurut Yesus bukan perintah tetapi izin diberikan olah Musa karena ketegaran hati mereka. Kata berzinah atau moikheuein dalam bahasa aslinya adalah perbuatan seorang laki-laki yg menyakiti partnernya dengan memecahkan perkawinan. Jadi perintah jangan berzinah sebenarnya dimaksudkan untuk melindungi hak wanita untuk tidak boleh diperlakukan seenaknya. Karena pada waktu itu perempuan cuma dianggap sebagai hak milik dari ayahnya sebelum kawin dan kemudian menjadi milik suaminya setelah ia menikah. Karena itulah sebenarnya Musa bermaksud untuk melindungi hak dari kaum wanita dengan memberikan izin bukan perintah supaya tidak mudah bagi seorang laki-laki untuk memperlakukan wanita seenaknya. Prosedur perceraian dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi rumit. Di dalam upacara perkawinan, si istri menerima perjanjian perkawinan dimana di cantumkan kalau ia diceraikan, ia akan menerima sejumlah uang sebagai harga tebusan. Tetapi sayangnya izin yg diberikan oleh Musa dalam Ul 24:1-4 menimbulkan polemik yg rumit. Perkataan tidak senonoh dalam Ul 24:1 mengundang 2 tafsiran:
1. Berarti zinah
2. Segala hal yg dilakukan oleh perempuan itu yg dipandang tidak lagi menyenangi hati suaminya.
Oleh karena pengertian yg simpang siur inilah maka terjadi penyalah-gunaan izin yg diberikan oleh Musa.

Kalau kita melihat Mat 19:9 ada perbedaan antara Matius dengan injil paralelnya di Luk 16:18 dan Mark 10:1-12 mengenai pengecualiaan dalam perceraian. Markus dan Lukas tidak mencantumkan pengecualiaan ini karena menganggap hal ini sudahlah umum sehingga tidak perlu untuk menyebutkannya bagi sidang pembaca. Tetapi Matius yg menulis injilnya untuk orang Yahudi tetap merasa perlu untuk menyebutkan hal ini. Menurut Yesus, perceraian diijinkan dalam kasus zinah. Di bawah hukum Musa, perbuatan zinah dapat dijatuhi hukuman mati (Yoh 8:3). Jadi karena dianggap si pelaku zina sudah mati, partnernya menganggap dirinya bebas untuk menikah kembali.

Mengenai penafsiran dari kata zina, banyak yg berpendapat oleh karena kata ini berasal dari kata pornea yg berarti persundalan yg dilakukan oleh orang-orang yg belum kawin. Maka zina berarti perbuatan asusila yg dilakukan oleh orang-orang yg belum kawin. Tetapi di dalam pemakainnya dalam alkitab, ternyata berarti yg sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh karena kata porneia berasal dari kata porne, yaitu pelacur yg melakukan perbuatan asusila tanpa memandang status kawin atau tidak. Kata ini dipakai dalam perjanjian lama bahasa Yunani (Septuaginta) untuk menyatakan perbuatan yg dilakukan oleh Gomer istri Hosea sebagai pelambang dari ketidak setiaan Israel pengantin Yahweh.

Ada beberapa hal yg dapat kita simpulkan dari perkataan Yesus mengenai perceraian:
1. Jangan sembarangan bercerai karena perilaku seperti ini menjerumuskan kedua belah pihak bahkan pihak ketiga ke dalam perzinahan. Yesus menolak keabsahan perceraian yg didasarkan oleh alasan palsu dan seenaknya seperti tafsiran dari para rabi terhadap Ul 24:1-4
2. Ikrar perkawinan diizinkan untuk dibatalkan apabila terhadap pelanggaran dosa seksual yg serius. Izin yg diberikan oleh Yesus adalah suatu tindakan yg terpaksa oleh karena dosa manusia. Perbuatan zinah yg dimaksud misalnya perbuatan zinah, homoseks atau kebiadaban seksual. Tetapi izin yg diberikan ini haruslah dibaca dalam konteks langsung yaitu keutuhan perkawinan ditekankan dan didukung oleh Yesus sebagai yg dimaksud oleh Allah sendiri. Konteks perdamaian dan kerukunan kembali haruslah diupayakan sesuai dengan arti perkawinan itu sendiri.

Catatan Tambahan:
*Mengenai kasus orang-orang yg menikah dengan duda/janda cerai haruslah dipertimbangkan sesuai dengan nasihat Paulus dalam 1 Kor 7:17-24

*Poligami bertentangan dengan firman Tuhan:
1. Karena menurut kej 2:24 seorang suami dengan seorang istri menjadi satu bukan tiga atau empat. Tuhan Yesus juga mengulang prinsip yg sama dalam Mat 19:5-6
2. Tuhan juga mengingatkan bahwa dengan mengambil banyak istri adalah berbahaya karena hatinya bisa menyimpang (Ul 17:17); bisa menyeleweng dari iman yg murni seperti Salomo ( 1 Raja 11:4); mengundang banyak konflik dalam keluarga (Kej 16:1-16; 21:8-21; 1 Sam 1:1-8 dan contoh keluarga Daud sendiri.
3. Meskipun kelihatannya Tuhan membiarkan praktek poligami selama beberapa waktu pada orang Israel, mereka yg telah mendengar Firman, tapi mengabaikannya harus menanggung segala konsekuensi sebagai akibat dari praktek poligami seperti yg disebutkan di atas. Praktek Poligami pada bangsa Israel secara perlahan-lahan menghilang semasa mereka dibuang di Babel. Dalam Perjanjian Baru perintah Allah mengenai monogami diperjelas bahwa seorang laki-laki dan perempuan menjadi satu daging (1 Tim 3:2,12) yg merupakan pengulangan dari Kej 2:24

Friday, May 2, 2008

Hidup Berdamai satu sama lain (Mat 5:21-26)

21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Pertanyaan:
1. Apakah orang Kristen dilarang membunuh?
2. Apakah orang Kristen boleh menjadi tentara?
3. Bagaimana dengan bagian dari Alkitab yg merupakan perintah dari Tuhan kepada Israel untuk membunuh musuh-musuh mereka? (Lihat 1 Sam 15:1-23; Ulangan 25:17-18), Mengapakah Allah memerintahkan untuk menumpas habis-habisan segala musuh Israel berikut ternak mereka?

Mari pertama-tama kita membahas pertanyaan yg ketiga. Sebenarnya menurut Yeh 18:32; 33:11), Allah tidak mau melihat kebinasaan orang fasik. Allah menginginkan mereka bertobat dan hidup. Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa ada satu titik dimana orang-orang fasik itu sudah begitu jahatnya, sudah begitu bebalnya sehingga mereka memang tidak mungkin lagi bertobat, karena hati mereka sudah membatu sehingga penghakiman atas mereka tidak dapat dihindarkan lagi (Yer 11:11; 14:11-12; 15:1-2). Kita tidak tahu mengapa bayi-bayi juga dibunuh. Tetapi kita tahu bahwa Allah kita adalah adil dan bijaksana (Ul 32:4). Kita juga dapat mengingat bahwa kematian bayi-bayi tersebut secara fisik adalah lebih baik daripada kematian kekal.

Orang-orang Amalek yg ditumpas oleh Israel adalah orang-orang jahat yg melakukan berbagai aksi kejahatan dan terorisme. Mereka selalu mencari mangsa orang-orang yg lemah dan tidak berdaya (Ul 25:17-18; Ul 2:34).
Ada 2 alasan mengapa Allah memerintahkan Israel untuk menumpas orang-orang Amalek:
1. Israel adalah alat Allah untuk menghakimi orang-orang Amalek.
2. Jika musuh-musuh Israel hidup, mereka akan menyelewengkan kepercayaan iman Israel kepada dewa-dewa mereka dari Yahweh (Ulangan 20:18)

Kalau kita membaca keterangan di atas, kita akan bertanya-tanya. Kalau begitu Firman Allah bertentangan satu sama lain. Karena Keluaran 20:13 memerintahkan kita untuk jangan membunuh. Tetapi Firman Allah dalam 1 Sam 15:1-23 mengatakan "bunuhlah". Kalau kita mengerti bahasa aslinya ternyata tidak. Karena kata "membunuh" dalam Kel 20:13 berasal dari kata rasah yaitu pembunuhan yg melawan hukum. Untuk pembunuhan yg dilakukan atas dasar Yuridis atau di dalam perang, Perjanjian Lama memakai kata hemit, harag atau naka.
Keluaran 20:13 di dalam pengertian yg benar berarti larangan dari Allah atas kita untuk tidak melakukan pembunuhan yg melawan hukum, Selain itu perintah ini adalah juga merupakan suatu upaya untuk mencegah hak membalas dendam yg sering dilakukan orang-orang Yahudi pada zaman itu bahkan sampai sekarang (Bilangan 19:18)

22 Tetapi Aku berkata: Setiap orang yg marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yg berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yg berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yg menyala-nyala.
Ditulis dalam bentuk kiasan yg merupakan sindiran dari Tuhan Yesus terhadap orang-orang Yahudi.
Pertanyaan: Apakah orang Kristen boleh marah?
Marah adalah wujud dari emosi kita supaya lawan bicara kita menangkap perasaan yg terkandung dalam hati kita karena kata-kata halus dan nasihat kita rasakan tidak membawa suatu pengertian kepada lawan bicara kita. Semestinya kita berharap, lewat kemarahan ini kedua belah pihak dapat memperoleh pengertian, tetapi yg terjadi biasanya adalah sebaliknya.

Di dalam bahasa Yunani ada 2 kata marah. Yang pertama adalah thumos, yaitu kemarahan yg timbul dengan cepat kemudian meledak, kemudian surut dan hilang begitu saja sepertinya tidak terjadi apa-apa. Yang kedua adalah orge, yaitu kemarahan yg mengakar, yg membuahkan sakit hati, dendam dan kebencian. Kata marah yg terdapat dalam Mat 5:22 berasal dari kata orge yaitu kemarahan yg terus berlangsung dan berkembang menjadi kebencian terhadap sesama. Pada puncaknya kemarahan ini bisa berbentuk tindakan kekerasan atau hal-hal lain yg merugikan sebagai upaya balas dendam atau sakit hati. Kata kafir dalam ayat 22 ini berasal dari kata rhaka yg berarti bodoh, kepala kosong,tidak berotak. Ini merupakan suatu penghinaan kepada orang lain dengan berpikir dirinya lebih pintar dan lebih hebat daripada orang lain sehingga dapat disebut sebagai dosa kesombongan. Yak 4:6 mengatakan; Allah menentang orang yg congkak tetapi mengasihani orang yg rendah hati. Kata Tuhan Yesus, orang yg suka menghina orang lain seperti ini seharusnya dihadapkan kepada Mahkamah Agama. Bagi orang Yahudi pada waktu itu, mereka mempunyai 3 macam pengadilan: a) Pengadilan lokal b) Mahkamah agama sebagai pengadilan nasional c)Pengadilan ilahi.

Kata jahil berasal dari kata moros, yg merupakan pengyunanian dari kata ibrani moreh yg berarti orang bebal, bejat, penghujat, murtad (Yer 5:23). Moros adalah suatu penghinaan terhadap watak dan hati seseorang. Dengan mengumpat dan menghina saudaranya seperti ini, mereka biasanya mengumpat supaya dia masuk neraka. Kata neraka di sini berasal dari kata gehinnom yg kemudian menjadi gehenna. Hinnom adalah lembah di sebelah selatan Yerusalem. Pada waktu dahulu lembah ini merupakan tempat persembahan anak-anak kecil sebagai korban bagi dewa Molokh (2 Raj 16:3). Sejak abad kedua, orang Yahudi percaya bahwa penghakiman akan berlangsung di lembah itu dan bahwa orang2 fasik akan menerima hukuman dalam lautan api (Yer 7:32; 19:6). Pengajaran moral yg kita terima dari ayat ini jangan sekali-kali memiliki kemarahan yg panjang sehingga membangkitakn kebencian di hati kita untuk melakukan tindakan yg negatif untuk menghancurkan dan merugikan orang lain. Kata Yesus, kemarahan yg seperti ini tidak ada bedanya dengan membunuh karena orang yg memiliki kemarahan seperti ini akan berusaha untuk menghancurkan kehidupan orang lain yg dibencinya. Orang yg seperti ini akan dihadapkan kepada pengadilan Allah.

Kedua ilustrasi dari ayat 23-24 dan 25-26 adalah berbeda mengenai objek yg menjadi ganjalan diantara kita. Ayat 23-24 melukiskan ganjalan yg ada diantara kita dengan saudara-saudara kita. Sedangkan ayat 25-26 tentang ganjalan yg ada antara kita dengan musuh kita. Tetapi makna ayat2 ini adalah sama. Maksudnya kita tidak boleh membiarkan kerenggangan atau ganjalan yg ada berlangsung lama, apabila membiarkannya menjadi kebencian. Kita tidak boleh menunda-nunda pemulihan hubungan yg terputus. Paulus mengatakan apabila kita menjadi marah, janganlah berbuat dosa. Janganlah marah sampai matahari terbenam, kalau tidak kita akan memberikan kesempatan kepada iblis untuk menaburkan kebencian dan akar kepahitan (Ef 6:26-27)

Firman Allah dalam perikop ini mengajarkan kita untuk tidak marah tanpa alasan atau marah yg berkepanjangan karena si pemarah menimbulkan pertengkaran dan orang yg lekas gusar banyak pelanggarannya (Amsal 29:22; Yak 1:19-20). Karena itu hendaklah kita dapat lebih menguasai diri kita sedemikian rupa supaya kita dapat berdoa kepada Tuhan. Kalau hati kita dipenuhi oleh kasih kristus; damai sejahtera dan kuasa Allah akan memampukan kita untuk menguasai diri sehingga kita dapat melayani orang-orang yg kita tidak sukai sekalipun. Hidup berdamai jauh lebih enak dibandingakn dengan hidup bermusuhan. Selama kita bermusuhan, tidak ada ketenangan dan damai sejahtera.

Renungan:
Siapakah yg menjadi musuh kita selama ini? Maukah kita berbaikan satu sama lain?